Eksplorasi.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan kenaikan subsidi solar yang lebih tinggi tahun depan. Hal ini lantaran pemerintah memproyeksi Indonesia Crude Price (ICP) pada tahun depan berkisar antara US$ 60 per barel hingga US$ 70 per barel.
“Saya usulkan kalau dari Komisi VII ke Banggar (Badan Anggaran) saya usulkan ICP ambil ke tengah US$ 65 per barel. Kalau US$ 70 per barel terlalu ekstrim kalau turun harga minyak,” kata Menteri ESDM Ignasius Jonan, Kamis (19/7).
Dengan asumsi ICP tersebut, Jonan menyebut pemerintah awalnya mengusulkan agar subsidi solar pada tahun depan berkisar sekitar Rp 1.500 per liter sampai Rp 2.000 per liter.
Namun belakangan, pemerintah mengusulkan agar dibuat batas atas ceiling price untuk subsidi solar mengikuti harga minyak. “Maunya ada ceiling, misalnya Rp 2.500 per liter karena tergantung harga minyak dunia,” ujar Jonan.
Evaluasi besaran subsidi nantinya dilakukan secara berkala misalnya setiap bulan. “Bisa bulanan, paling tepat bulanan. Maksimum subsidi Rp 2.500 per liter,” imbuhnya.
Untuk volume solar subsidi tahun depan, pemerintah mengusulkan sebesar 14,5 juta kiloliter (KL) sama dengan proyeksi pemerintah tahun ini. Ini lantara realisasi konsumsi solar hingga semester I-2018 hanya mencapai sekitar 7,19 juta KL. Hingga akhir tahun diproyeksi hanya 14.5 juta KL.
“Minyak solar kami alokasinya bukan 16 juta KL tapi 14 juta KL sama dengan outlook yang dikemukakan 2018. Kalau dilihat sampai Juni akhir 7,19 juta KL itu termasak lebaran. Kalau 14,5 juta KL cukuplah,” pungkasnya.
(SAM)