Eksplorasi.id.Cap biaya hidup tinggi yang menempel di Balikpapan tak lama lagi lepas. Dengan catatan, kebutuhan energi listrik sektor industri terpenuhi. Impian itu dimulai dari PLTU Kariangau 2×100 megawatt (MW) yang beroperasi tahun ini.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Balikpapan Yasser Arafat mengatakan, tingginya biaya hidup di Kota Minyak salah satunya diakibatkan sumber listrik. Karena pengusaha menggunakan pembangkit sendiri dengan bahan bakar solar, akibatnya harga jual produk ke konsumen tinggi. Kebijakan terpaksa diambil untuk menutupi biaya produksi mahal dari bahan bakar solar.
“Saya yakin, living cost di Balikpapan akan turun. Karena sektor usaha mendapatkan listrik lebih murah,” ucapnya kemarin (8/9). Dia menuturkan, ketika listrik jadi murah, maka gap daya saing ekonomi antara Pulau Jawa dan Kalimantan, khususnya Kaltim mengecil. Selain lahan dan air, pria ramah ini menyebut yang menjadi keluhan pengusaha adalah listrik. “Itu kebutuhan dasar pengusaha,” sebutnya.
Semakin untung pengusaha, lanjut dia, maka peluang masyarakat mendapatkan harga murah dengan pelayanan maksimal, sangat terbuka. Selain biaya hidup murah, ketersediaan listrik membuat break event point (kembali modal) atau return of investmentyang selama ini menghantui pengusaha bukan lagi “teror”. “Cost yang dihabiskan antara PLTU dan PLTD sangat beda jauh. Pengusaha bisa saving banyak, aman. Ada kepastian bisnis,” ujarnya.
Mewakili pelaku usaha, Yasser mengungkapkan, Kaltim adalah “korban” pusat sehingga defisit listrik masih terjadi hingga kini. Mengingat sumber daya alam yang melimpah namun belum bisa dinikmati secara penuh. Yaitu, ada perbedaan harga jual beli energi terbarukan antara PLN dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Sehingga, potensi tersebut tidak digarap. Padahal, Kaltim memilikinya.
“Masih bermasalah negosiasi harga. Dua instansi tidak sinkron. Memang energi mahal, tapi energi primer ini jika dimanfaatkan, maka ke depan murah,” jelasnya. Energi yang dimaksud adalah batu bara, gas bumi dan tenaga air mini hydro. Diterangkan, investor yang ingin bergerak dalam investasi pembangkit di Kaltim banyak, namun ada friksi sehingga proyek terhambat.
Diwartakan sebelumnya, imbas beroperasinya dua unit pembangkit PLTU Kariangau 2 x 100 megawatt (MW) akhir tahun ini, ada 2.282 calon pelanggan baru yang akan dilayani. Total daya yang dibutuhkan, 73,6 MW. Permintaan itu tersebar di tiga area. Di Samarinda, jumlahnya mencapai 437 calon pelanggan dengan kebutuhan daya sebesar 40 MW. Menyusul Balikpapan 1.534 calon pelanggan yang membutuhkan pasokan 31 MW. Lalu, Bontang 311 calon pelanggan dengan kebutuhan listrik 2,6 MW.
Daftar calon pelanggan ini berada di Sistem Mahakam. Sistem yang selama ini menjadi tulang punggung listrik di empat kota besar di Kaltim; Balikpapan, Samarinda, Tenggarong dan Bontang. Mendapat pasokan daya sebesar 200 MW membuat Sistem Mahakam surplus energi. PLN mencatat, saat ini beban puncak Sistem Mahakam mencapai 400 MW. Sementara daya mampu yang dimiliki hanya 405 MW.
“Ini (kebutuhan daya) bukan hanya untuk rumah tangga saja, tapi juga dari instansi pemerintah, sosial, bisnis dan industri,” kata Humas PLN Kaltim-Kaltara, Rakhmi Prima Devi, kepada Kaltim Post, Selasa (6/9). Permintaan sambungan baru tersebut, sudah termasuk semua golongan tarif. Khusus Balikpapan yang memiliki daftar tunggu calon pelanggan paling besar (1.534).
Devi menyebut kebutuhan daya didominasi golongan industri dan bisnis. Sebaliknya untuk area Samarinda, pelanggan bisnis dan industri mendominasi untuk jumlah pelanggan dan kebutuhan dayanya. “Ini mengindikasikan adanya geliat pertumbuhan ekonomi dan industri di wilayah Kaltim,” katanya.