Eksplorasi.id – Permintaan insentif yang diajukan Inpex Masela Ltd dan Shell Upstream Overseas Services Ltd terkait pengembangan Blok Masela menuai kecaman. “Terlalu pagi bicara insentif. Saya berharap Kementerian ESDM dan SKK Migas juga tidak bicara insentif dulu terhadap kedua perusahaan asing tersebut,” kata Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Selasa (29/3).
Yusri mengatakan, jika para pejabat di Kementerian ESDM dan SKK Migas memberi ‘angin surga’ akan adanya insentif, maka itu bisa berimplikasi dan akan digunakan oleh Inpex dan Shell untuk meminta insentif sebanyak-banyaknya, serta akan memperpanjang item insentif di dalam Principle Of Agreement-nya yang sudah diajukan ke SKK Migas sebelumnya.
“Hingga saat ini saja menteri ESDM belum membuat surat keputusan kepada Inpex dan Shell di Blok Masela melalui SKK Migas atas keputusan Presiden pada 23 Maret 2016, terkait pengembangan dengan skema di darat, termasuk membatalkan persetujuan rencana pengembangan (plan of development/ PoD) yang pernah disetujui pada 2010 oleh menteri ESDM saat itu,” jelas dia.
Jika pejabat di Kementerian ESDM dan SKK Migas benar memberikan insentif di awal, lanjut Yusri, maka pejabat tersebut layak dipecat. “Padahal, insentif untuk menaikan IRR (Internal Rate of Return) tidak hanya dalam bentuk investment credit (IC) atau pembebasan DMO (domestic market obligation) dan pajak,” jelas dia.
Menurut Yusri, insentif menaikkan IRR bisa juga dengan penyertaan aset pemerintah dalam proyek untuk menurunkan biaya belanja modal (capital expenditure/ capex). Perpanjangan kontrak bagi hasil (production sharing contract/ PSC), pemberian kemudahan perizinan, serta pembebasan lahan dan percepatan persetujuan proyek, lanjut dia, juga insentif yang dapat mempercepat jadwal proyek dengan effeknya dapat menaikan IRR.
“Belum tentu Pertamina akan mendapatkan kemudahan seperti yang akan diberikan oleh SKK Migas kepada kontraktor asing di sini. Kenapa SKK Migas terkesan sangat membela kontraktor asing (Inpex dan Shell) hingga akan memberikan pembebasan DMO menjadi salah satu opsinya,” ujar dia.
Semestinya, lanjut Yusri, pihak SKK Migas tidak perlu agresif membicarakan perihal insentif. Biarkan pihak kontraktor untuk bekerja terlebih dahulu. “Ini pejabat SKK Migas langsung buka baju seakan langsung menawarkan diri. Tidak tahu malu,” tegasnya.
Sebelumnya, Kepala Divisi Humas SKK Migas Elan Biantoro berkomentar, perlu insentif bagi kontraktor migas. Tujuannya untuk menggairahkan iklim investasi migas, mengingat pengelolaan wilayah kerja migas memiliki risiko tinggi.
Ada beberapa insentif yang bisa diberikan, misalnya pembebasan kewajiban memasok kebutuhan dalam negeri (DMO). Kemudian, pemberian IC atau hak untuk meminta ganti rugi kepada pemerintah dengan persentase tertentu, atas nilai investasi yang berhubungan langsung dengan pembangunan fasilitas produksi. Inpex sudah pernah mengajukan insentif IC untuk Blok Masela. Usulan ini baru akan didiskusikan dengan SKK Migas.
Yusri menambahkan, ada bentuk insentif lain dalam penyertaan aset pemerintah, misalnya dengan memanfaatkan beberapa peralatan LNG plant dari Arun dan Bontang, apabila masih dapat dimanfaatkan kembali.
“Contohnya pabrik gas turbin di Amerika menerima gas turbin bekas untuk ditukar dengan gas turbin yang sudah direkondisi dan diberikan garansi sama dengan gas turbin yang baru. Adapun contoh lain yang saya dengar adalah dugaan penyertaan Mitsubishi di Donggi Senoro, sebagian peralatannya menggunakan eks LNG plant dari negara lain yang sudah direkondisi sebelumnya. Kalau hal ini berhasil dilakukan, bisa menghemat banyak dalam pembangunan Kilang LNG Masela, bahkan bisa mencapai sekitar USD 5 miliar penghematannya,” terang dia.
Di sisi lain, Yusri menyarankan sedikitnya 70 persen produksi gas Blok Masela harus diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri, untuk ketahanan energi.
”Kita jangan mengulang kesalahan paling bodoh oleh pejabat pemerintah seperti kontrak jual gas Tangguh 1 pada 2001 ke Cina. Begitu pula dalam menjual gas Tangguh 2 kepada perusahaan Sempra Amerika,” jelas dia.
Eksplorasi | Ponco