Eksplorasi.id – Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menolak usulan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) selaku operator Blok Cepu untuk meningkatkan produksi dari Lapangan Banyu Urip di blok tersebut.
Penolakan kenaikan produksi tersebut terungkap dalam surat tertanggal 6 Juni 2016 bernomor SRT-0325/SKKO0000/2016/S1 perihal usulan produksi melampui 185 KBD Lapangan Banyu Urip, Wilayah Kerja Cepu yang langsung diteken Amien Sunaryadi dan ditujukan kepada president EMCL, yang dokumen salinan suratnya diperoleh Eksplorasi.id.
Dalam surat tersebut ada 12 alasan kenapa Amien menolak peningkatan produksi tersebut. Pada poin empat misalnya, Amien menjelaskan bahwa dengan produksi melebihi 185 ribu barel per hari (bph) sampai maksimum 205 ribu bph, maka lama puncak produksi hanya kurang dari satu tahun, sedangkan jika puncak produksi 165 ribu bph, lamanya puncak produksi minyak bisa mencapai 33 bulan.
Pada poin 11 Amien Sunaryadi juga beralasan bahwa adanya kenaikan produksi ke 205 ribu bph akan menuntut PT Pertamina (Persero) untuk menyediakan tambahan kapal yang memenuhi persyaratan EMCL, karena kapasitas lifting dari Pertamina yang ada saat ini hanya 3,7 juta barel per bulan.
“Jika produksi melebihi 185 ribu bph, kargo domestik PEPC (Pertamina EP Cepu) akan lebih sering diekspor dibandingkan dijual ke domestik untuk menghindari potensi gagal lifting akibat kilang/ kapal. Jika lifting gagal, maka pihak EMCL akan mengenakan denda USD 0,6/bbl ke PEPC,” tulis Amien pada poin 12.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman berkomentar, adanya surat tersebut menandakan tingkah aneh yang dilakukan Amien Sunaryadi sebagai kepala SKK Migas.
“Menteri ESDM belum lama ini di DPR dalam revisi APBN mengeluh lifting dalam APBN tidak mencapai 830 ribu bph. Ini ada peluang meningkatkan lifting ditolak usulan EMCL. Maksudnya Amien itu apa? Agar negara ini ekspor minyak terus atau apa? Atau ada kepentingan lain yang coba dia lindungi,” jelas Yusri kepada Eksplorasi.id, Kamis (23/6).
Yusri pun mempertanyakan alasan Amien yang menyebutkan jika produksi Lapangan Banyu Urip meningkat maka hak PEPC akan banyak diekspor. “Apa benar Pertamina akan mengekspor minyak sementara di dalam negeri produksi terus menurun. Pola pikir Amien sebagai pejabat negara sangat tidak masuk akal,” ujar dia.
Terpisah, juru bicara Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, pihaknya akan bekerja maksimal untuk bisa memberikan angka produksi yang optimum. “Kami suka berkoordinasi dan senang berkomunikasi, semoga pastinya ada solusi terbaik. Kami pun belum ada rencana ekspor karena domestik harus dipenuhi dahulu,” jelas dia.
Sementara itu, pada rapat kerja dengan Menteri ESDM Sudirman Said dengan Komisi VII DPR di Jakarta, baru-baru ini, dia mengatakan, terjadi perubahan asumsi dasar sektor ESDM untuk APBN 2016, seperti lifting minyak yang menurun, yakni dari 830 ribu bph menjadi 820 ribu bph.
Eksplorasi | Heri
Comments 1