Eksplorasi.id.Maraknya industri pertambangan, khususnya batubara di Kalimantan, ternyata membawa dampak sangat merugikan. Kini ada ribuan lubang bekas tambang yang dibiarkan terbuka dan telah membunuh puluhan anak-anak.
Rahmawati, seorang ibu rumah tangga dari Samarinda, Kalimantan Timur, sudah hampir dua tahun ini berjuang mencari keadilan atas kematian anaknya, Muhammad Raihan Saputra. Akhir Desember 2014 lalu, anak kedua dari empat bersaudara itu ditemukan meninggal di kolam yang terbentuk dari lubang bekas tambang batubara.
Di kota Samarinda saja, setidaknya ada 232 lubang semacam ini, dan letaknya tak jauh dari pemukiman warga. Lubang yang terisi air hujan ini, menjadi daya tarik bagi anak-anak yang tidak menyadari bahaya yang tersembunyi.
Rahmawati dan juga ibu-ibu yang lain di Samarinda, tentu saja sudah berusaha menjaga anak-anak mereka sebaik mungkin. Tetapi pada hari ketika Raihan tenggelam, Rahmawati sedang terbaring sakit di rumah. Kawan bermain Raihan lah yang pertama kali datang mengabarkan, bahwa anaknya itu tenggelam di lubang tambang, yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya.
“Ibu tentu saja selalu mengawasi anak-anak ibu, tetapi ibu tidak bisa mengawasi terus selama 24 jam ke mana saja anak-anak ibu bermain. Setahu ibu, anak-anak itu bermain di dekat sini saja. Tidak tahunya, dia berjalan sampai kesana dan tahu-tahu saya dikabari kalau Raihan sudah meninggal,” ujar Rahmawati.
Sejak 2011 hingga sekarang, sudah ada 24 anak yang meninggal di lubang bekas tambang ini, 15 di antaranya di Kota Samarinda. Lokasi tambang itu sudah menyalahi undang-undang, karena berada kurang 500 meter dari permukiman warga. Rahmawati sendiri sudah berkampanye mendesak pemerintah menutup lubang-lubang ini, termasuk bertemu sejumlah menteri dan lembaga negara, tetapi belum ada langkah yang diambil pemerintah. Padahal, sebagai ibu, dia hanya ingin tragedi yang menimpa Raihan anaknya, tidak terjadi pada anak-anak yang lain.
Eksplorasi | Dian
Comments 1