Eksplorasi.id – Tiga bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sepakat menyediakan pelayakan transaksi nilai tukar terhadap kontrak pembayaran antara perusahaan minyak dan gas bumi (migas) dan vendor tanpa margin.
Ketiganya adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Nota kesepahaman ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi dengan Direktur Utama ketiga BUMN tersebut di kantor SKK Migas, Wisma Mulia, Jakarta.
Dalam sambutannya, tujuan penandatanganan kesepahaman ini untuk meminimalisasi dampak peningkatan biaya operasional di kegiatan usaha hulu migas yang khususnya disebabkan oleh biaya konversi dari dolar Amerika Serikat (AS) ke rupiah dan sebaliknya.
“SKK Migas menggandeng Bank BUMN untuk berperan aktif dan bekerja sama agar dapat membantu menekan potensi biaya konversi valas untuk transaksi yang dilakukan tersebut. Caranya, membuat suatu mekanisme yang dapat memberikan pelayanan nilai tukar terhadap perusahaan migas dan vendornya menggunakan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) tanpa margin,” jelas Amien.
Eksplorasi | Bisnis | Aditya
Pak Yusri, juga tidak benar ttg CNG bisnis baik laut dan darat. Kapal CNG yg lebih besar dari punya PLN sedang dibuat ternyata dipakai oleh Norway, USA, Middle East dan West Africa. Secara prinsip Keteknikan proses CNG lebih murah karena satu Fas proses hanya Fluid Compression Of gas sedangkan LNG memerlukan 2 fasa proses dari Gas to Liquid and then Gas. Ttg pembangunan FCNG ntuk PLN diputuskan harga USD 132 Jt diputuskan sewaktu harga minyak di atas USD 100/bbl dan gas diatas USD 13/MMBTU. Jadi jika diputuskan pada saat ini akan lbh murah 50% untuk pembangunan FCNG berikut CNG Storage dan Compression termasuk pipanisasi didarat.
Tentang 5 Trains LNG Bontang pasti menganggur tanpa gas mulai tahun 2017 sedangkan kontrak jual beli LNG masih ada sesuai dng komitmen Supply. Kalau nunggu ENI dan Chevron dng Deepwater tdk mungkin bisa dikembangkan dng harga minyak dibawah USD 80/B. Artinya PT Badak rugi, otomatis NKRI rugi. Jadi konsep SA plg baik saat ini dan 5 thn yad. Dimana kegiatan Hulu yg ada Cost Rec di pisah urusan Hilir ( LNG/CNG/GTL) termasuk transportasinya. Contoh LNG DS di Sulawersi dimana kegiatan hulu dan hilir dipisah. Shg Cost Rec hanya untk kegiatan hulu. Lebih cepat pengembangan gas dengan harga murah dan cepat.
Dimana konsep pengembangan gas spt di Natuna dilakukan ConocoPhillips dan di laut Kalimantan Timur untk proyek West Seno dan Merah Besar oleh UNOCAL/Chevron untuk laut dalam dimana Smart Underwater Well Completion and ITS Production Facility termasuk FPSO. Jadi kita sdh punya database Cost dan Rekayasa Keteknikan untuk mulai subsurface and Surface Equipments. Jadi percepatan pengembangan gas di offshore pasti bisa dng biaya murah dan effisien.
Konsep proses dan transportasi gas CNG untuk negara Kepulauan lebih murah dan effisien apalagi dikaitkan biaya Maintenance dibandingkan LNG. That is for Sure.
Salam, praktisi migas yg sdh sepuh
S.W.P.
Mungkin komentar yang dimaksud untuk link berita ini:
http://eksplorasi.id/ceri-konsep-cng-yang-diusulkan-presdir-badak-ngl-untuk-blok-masela-tidak-ekonomis/
Salam