Eksplorasi.id – PT Pertamina (Persero) batal mengakuisisi Blok West Qurna 2 yang berada di Irak. Pasalnya, Pertamina memilih mundur tanpa alasan yang jelas. Padahal, PricewaterhouseCoopers (PwC) sudah melakukan audit finansial dan laporannya baik serta positif pada Oktober 2015 atas biaya Pertamina.
Kemudian, due diligence (uji kelayakan) pun sudah dilakukan tim teknis Pertamina yang dilakukan pada periode Februari hingga Juni 2015. Di satu sisi, seminggu yang lalu LukOil, perusahaan asal Rusia yang memiliki hak pengelolaan Blok West Qurna 2, telah menutup peluang Pertamina untuk mengakuisisi sahamnya sebesar 30 persen dari nilai 75 persen milik LukOil.
Dimintai komentarnya, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman menyayangkan langkah Pertamina batal mengakuisisi West Qurna 2. Padahal, blok ini termasuk paling besar cadangannya di Irak.
“Produksi West Qurna 2 sekarang sekitar 450 ribu barel per hari (bph) dan 2019 akan mencapai 1,2 juta bph. Bandingkan dengan yang dibeli sekarang di Prancis (Maurel & Prom), itupun bukan beli aset melainkan membeli saham induk (holding),” jelas Yusri kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Selasa (23/8).
Berdasarkan data yang diperoleh, semula LukOil menawarkan kepemilikan 30 persen sahamnya di West Qurna 2 seharga sekitar USD 1,2 miliar atau setara Rp 15,864 triliun (kurs Rp 13.220), dengan asumsi harga minyak saat itu USD 70 per barel.
“Kalau saat ini harga minyak rata-rata di bawah USD 45 per barel, tentu kalau Pertamina serius melakukan negosiasi bisa dapat harga di bawah USD 1 miliar. Tapi kini peluang itu sekarang sudah tertutup dan hilang. Hal itu disebabkan pada batas terakhir Pertamina tidak memberikan harga indikasi kepada LukOil. Harganya juga relatif murah. Anehnya kenapa Pertamina melepas kesempatan tersebut,” jelas Yusri.
Saat ini, kesempatan membeli 30 persen saham LukOil di West Qurna 2 diambilalih oleh Petronas, Mitsubishi, dan CNPC. Blok ini ditargetkan akan berproduksi hingga mencapai 1,2 juta bph pada 2019.
Situs resmi LukOil menjelaskan, pada 12 Desember 2009, konsorsium LukOil dan perusahaan asal Norwegia, StatOil, memenangkan tender pengembangan Blok West Qurna 2.
Diperkirakan cadangan minyak di blok tersebut total mencapai 13 miliar barel, yang dihasilkan dari dua formasi utama, yakni Mishrif dan Yamama. Blok West Qurna Barat 2 adalah salah satu ladang minyak terbesar di dunia.
West Qurna 2 berlokasi di Irak selatan, 65 km di sebelah barat laut dari kota pelabuhan utama Basra. Lapangan migas tersebut ditemukan pada 1973, setelah sebelumnya pada 1970-an ahli geologi asal Soviet (Rusia) melakukan sejumlah kegiatan eksplorasi. Saat ini luasan kontrak area West Qurna 2 mencapai 300 kilometer persegi.
Pada 31 Januari 2010, pengembangan dan kontrak servis produksi (production service contract) untuk West Qurna (Tahap 2) diteken. Kontrak ini telah diratifikasi oleh dewan menteri Irak.
Adapun komposisi pemegang saham blok tersebut adalah, Iraqi South Oil Company (perusahaan BUMN Irak) dan konsorsium termasuk LukOil yang memiliki 75 persen saham, perusahaan asal Irak bernama National Iraqi North Oil Company (25 persen), dan StatOil memiliki 18,75 persen saham sebelum saham tersebut akhirnya pada Mei 2012 dialihkan ke LukOil.
Selanjutnya, pada Januari 2013, amandemen kontrak ditandatangani, antara lain, menargetkan produksi hingga 1,2 juta bph dengan masa produksi 19,5 tahun dan perpanjangan masa kontrak untuk periode 25 tahun.
Reporter : Ponco Sulaksono
Caption : Lapangan West Qurna 2 | Istimewa
Comments 2