Eksplorasi.id – PT Timah (Persero) menatap 2016 dengan antusias. Sebab, harga komoditas yang sempat turun kini kembali bangkit. Jika pada triwulan pertama 2016 harga timah berkisar US$ 17.625 per metrik ton (MT), sejak pertengahan hingga akhir tahun, harganya diprediksi mencapai US$ 20 ribu per MT.
Optimisme disampaikan Direktur PT Timah, Purwijayanto seusai RUPS di Jakarta kemarin (7/4). Kenaikan harga dimulai sejak penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 33 Tahun 2015 tentang Tata Niaga Logam Timah.
Tahun lalu harga timah menyentuh US$ 13 ribu per MT. Selain permendag dan upaya perseroan mengerem produksi, harga timah sudah berada di level bawah. Karena itu, diyakini akan terjadi rebound. Contohnya, rebound telah terjadi dari US$ 13 ribu per MT menjadi US$ 17 ribu per MT. Meski demikian, karena harga baru itu berlaku sejak Maret, laporan kinerja pada triwulan pertama belum terpengaruh harga tersebut. “Jadi, kinerja triwulan pertama belum baik,” ujar Purwijayanto, Jumat (8/4).
Meski harga komoditas sempat melemah, PT Timah melaporkan kinerja 2015 yang positif. Pendapatan tahun lalu mencapai Rp 6,84 triliun atau turun 9 persen dari 2014. Laba tercatat menembus Rp 101,56 miliar. Untuk rencana tahun ini, perseroan bersiap membatasi produksi bijih sampai 30 ribu ton Sn. Produksi dibatasi untuk kepentingan kelanjutan bisnis perusahaan lantaran cadangan timah di darat terus menipis. Tahun ini produksi logam dipatok 31.200 MT dan penjualannya ditargetkan sebesar 31 ribu MT dengan pendapatan Rp 9,21 triliun.
Eksplorasi | Jawapos | Aditya