Eksplorasi.id – Komitmen PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dalam mengembangkan energi ramah lingkungan dipertanyakan. Meski demikian, komitmen PLN untuk menyediakan energi bersih dan berkelanjutan bagi Indonesia seiring dengan agenda pemerintah bisa jadi menarik minat investor ESG fixed income.
Lembaga kajian internasional The Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menilai investor hijau masih mempertanyakan komitmen PLN. Pasalnya, perusahaan listrik pelat merah ini terus berinvestasi di PLTU batu bara dan lambatnya laju pengembangan proyek-proyek energi terbarukan.
Hal ini akan berdampak pada prospek obligasi hijau atau obligasi berkelanjutan yang rencananya akan diterbitkan PLN awal tahun 2021. Rencana pembiayaan itu, sesuai Dokumen Kerangka Kerja Pembiayaan Berkelanjutan.
“Kinerja PLN dalam pengembangan energi terbarukan akan mendapatkan sorotan,” kata Peneliti IEEFA Christina Ng, Selasa (22/12).
Kata Christina, PLN ketinggalan dari sejawatnya di tingkat regional maupun internasional dari segi pengembangan energi terbarukan. Perusahaan dinilai masih abai dalam menjalankan investasi proyek energi terbarukan sesuai dengan rencana.
“Rekam jejak akan proyek yang sukses juga sangatlah terbatas,” ucapnya.
Christina menyebut PLN lebih di kenal di kalangan investor sebagai penyumbang emisi karbon besar yang terus menerus menambah kapasitas pembangkitan batu bara. “Masih ada sekitar 20 GigaWatt (GW) proyek PLTU batu bara yang antri dalam pipeline,” paparnya.
Soal transparansi, Christina menegaskan bahwa PLN tidak memiliki pengalaman dalam melakukan pelaporan sesuai metrik kinerja environmental, social, and governance (ESG) kepada investor global.
“Perusahaan perlu menyediakan informasi spesifik tambahan kepada para calon investor ESG mengenai perbedaan dari rencana investasi berkelanjutan PLN yang sekarang dibandingkan dengan yang masa lampau,” ujarnya.
Selanjutnya, Christina menilai PLN perlu menunjukkan investor bahwa perusahaan ke depannya memiliki komitmen kuat akan proyek berkelanjutan dengan kombinasi sumber yang teruji seperti tenaga surya dan tenaga angin yang memiliki risiko implementasi yang relative rendah.
Apabila terjadi kegagalan dalam pelaksanaan proyek, maka perlu semacam penalti atau sanksi material lainnya di dalam ketentuan obligasi dapat menjadi tanda keseriusan PLN dalam melaksanakan komitmen hijaunya.
“Dengan menyusun peta jalan untuk menghentikan investasi di sumber energi fosil dan melakukan pembatalan proyek batu bara yang ada dalam perencanaan, PLN dapat menunjukkan keseriusannya dalam melakukan transformasi hijau, sesuai dengan yang diharapkan pemerintah dan para investor,” ujarnya.
Ia mengusulkan kepada PLN dalam rangka penerbitan obligasi bulan depan. Pertama, membangun rencana yang spesifik dan kredibel disertai dengan komitmen perubahan kebijakan. Kedua, menyiapkan diri atas berbagai upaya pembedahan kinerja PLN yang lebih mendalam, termasuk kinerja energi terbarukannya yang kurang baik.
Ketiga, membangun mekanisme untuk menunjukkan transparansi, kapasitas internal, safeguard serta pemanfaatan dari hasil pendanaan obligasi yang lebih baik. Keempat, memastikan pelaporan pascapenerbitan obligasi dilakukan dengan serius.