Eksplorasi.id – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Area Surakarta rencananya akan membangun jaringan “underground” atau bawah tanah di kawasan Kota Solo dengan pertimbangan estetika kabel tidak kelihatan dan antisipasi gangguan.
“PLN melakukan kajian penataan jaringan distribusi tegangan menengah dan tekanan rendah untuk kawasan Jalan Slamet Riyadi, Adi Sucipto, dan Solo Baru,” kata Asisten Manajer Perencanaan dan Evaluasi PT PLN Area Surakarta, Haryadi, disela buka bersama dengan 100 anka Yatim dan Dhuafa, di Kantor PLN di Solo, Kamis malam.
Pada acara memberikan santuan kepada 100 anak Yatim dan Dhuafa tersebut dilakukan langsung oleh Manajer PLN Area Surakarta Leonardo Buntoro. Setiap anak diberikan santunan dari Lembaga Amil Zakat Infaq Shodaqoh (LAZIS) PT PLN Area Surakarta, sebesar Rp150.000.
Haryadi lebih lanjut mengatakan jaringan listrik di Solo selama ini, menggunakan saluran udara menengah dan tekanan rendah, tetapi kini sedang dilakukan kajian untuk diubah menjadi jaringan kabel bawah tanah.
Pihaknya sudah melakukan survei di lapangan, dan koordinasi dengan instansi lain, karena banyaknya jaringan kabel telepon, saluran air atau PDAM, dan melintasi rel kereta api (KA).
“Kegiatan survei sudah usai dilakukan dan hasilnya segera dikoordinasikan dengan Pemerintah Kota Surakarta. Karena, rencana jaringan bawah tanah ini, awalnya inisiatif Bapak Presiden melalui Wali Kota untuk menata jaringan ini,” kata Haryadi.
Menurut dia, pelaksanaan proyek anggaran senilai sekitar Rp100 miliar tersebut diperkirakan pada akhir 2016 atau pada Oktober mendatang.
“Anggaran untuk jaringan di Jalan Slamet Riyadi dan Adi Sucipto Solo, diperkirakan memiliki panjang 12 kilomter akan menelan sekitar Rp75 miliar hingga Rp80 miliar, sedangkan kawasan Solo Baru denga panjang sekitar 3,5 km sekitar Rp20 miliar,” katanya.
Menurut Haryadi, pelaksanaan proyek tersebut sangat rumit, sehingga diperkirakan akan membutuhkan waktu pengerjaan sekitar satu tahun.
Menurut dia, pertimbangan dibuat jaringan bawah tanah di kawasan kota tersebut antara lain soal estetika kabel tidak kelihatan, Solo termasuk hutan kota banyak ditumbuhi pohon-pohon, bebas dari gangguan baik pohon maupun petir.
Ia mengatakan jaringan di bawah tanah kalau dilihat pertimbangan operasi dan pemeliharaan memang lebih sulit, karena kawat putus harus menggali dan mencari kabel putus diperlukan alat detektor. Solo ini sekarang kota dinamis menuju metropolitan.
Mekanisme pelaksaan proyek, kata dia, dengan membangun jaringan baru di bawah tanah hingga selesai, baru kemudian dipindahkan dari jaringan udara ke underground.
“Jaringan sudah dipindahkan jaringan udara baru dibongkar,” kata Haryadi.
Eksplorasi | aditya