Eksplorasi.id – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menargetkan sebagian besar dari pembangunan yang merupakan bagian dari proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) akan beroperasi di 2019.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Senior Manager Public Relation PLN, Agung Murdifi.
Agung menegaskan, pembangunan pembangkit listrik membutuhkan waktu yang lama. Oleh karenanya, sebagian besar ditargetkan pembangkit tersebut baru beroperasi pada 2019.
“Sebagian besar pembangkit listrik yang merupakan bagian dari proyek 35.000 MW ditargetkan beroperasi di 2019. Perlu diketahui bahwa membangun pembangkit itu membutuhkan waktu yang lama, misalnya pembangkit berbahan bakar batubara (PLTU) atau berbahan bakar gas (PLTG),” ujarnya.
Agung menjelaskan, untuk satu proyek pembangkit listrik membutuhkan waktu 36 sampai 48 bulan untuk konstruksinya. Apalagi, lanjut Agung, untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
“Bisa dibayangkan untuk membangun konstruksinya saja, satu pembangkit butuh waktu sekitar 36 hingga 48 bulan, kalau Pembangkit LIstrik Tenaga Air ( PLTA) bisa lebih lama lagi. Meski mebutuhkan waktu lama, namun kami akan memenuhi target agar setiap tahun ada pembangkit yang sudah beroperasi,” tuturnya.
Sementara itu, tambahnya, untuk pencapaian proyek 35.000 mw hingga kuartal I-2016 PLN telah melewati tahap perencanaan 34,4 persen, tahap pengadaan 23,6 persen, tahap kontrak jual beli (Power Purchase Agreement/PPA) 30,8 persen, tahap construction dan commisioning 10,9 persen, dan tahap pengoperasian (Commercial Operations Date/COD) 397 mw.
“Tahap perencanaan 12.226,8 mw, tahap Pengadaan 8.377,7 mw, tahap PPA dan Proses Financial Close 10.941,07 mw, tahap construction dan commisioning: 3.862,45 mw, tahap pengoperasian 397 mw,” pungkasnya.
Eksplorasi | Republika | Aditya