Eksplorasi.id – Lapangan minyak Banyu Urip di Blok Cepu ternyata sejak Selasa (7/2) tidak bisa melakukan lifting. Sumber Eksplorasi.id mengungkapkan, penyebab gagalnya lifting di Blok Cepu karena FSO Gagak Rimang saat ini sedang dalam kondisi posisi puncak alias penuh (tank top).
“Kapal tanker tidak bisa bersandar di dekat FSO Gagak Rimang karena kondisi cuaca sedang tidak memungkinkan. Akibat kondisi ini pula bisa jadi produksi di Blok Cepu akan diturunkan,” kata sumber di Jakarta, Kamis (9/2).
Dikonfimasi kebenaran hal itu, Kepala Bagian Humas SKK Migas Taslim Z Yunus belum bisa memberikan jawaban. Pesang singkat via WhatsApp Messenger yang dikirim Eksplorasi.id belum dibalas.
Sebelumnya, sejumlah anggota Komisi VII DPR juga telah merekomendasikan kepada SKK Migas agar sebagian minyak dari Blok Cepu dialirkan melalui pipa yang menuju FSO Cinta Natomas.
Baca juga :
Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Widya Yudha mengatakan, rekomendasi tersebut merupakan hasil kesepakatan antara Komisi VII DPR dengan SKK Migas dalam rapat dengar pendapat (RDP) yang digelar pada pertengahan 2016.
“Jadi tidak semua minyak dari Banyu Urip dialirkan melalui pipa yang menuju ke FSO Gagak Rimang. Tujuannya agar pipa yang ke FSO Cinta Natomas tidak idle,” kata dia kepada Eksplorasi.id di gedung parlemen, Jakarta, Selasa (17/1).
Sejumlah kalangan juga pernah menyarankan bahwa produksi minyak dari Blok Cepu semestinya dialirkan melalui dua jalur pipa yang ada saat ini. Hal itu sebagai antisipasi jika terjadi hal yang tidak dimungkinkan terhadap distribusi minyak Banyu Urip.
Baca juga :
Direktur Eksekutif 98 Institute Sayed Junaidi Rizaldi mengatakan, pemakaian dua jalur pipa sebagai antisipasi menjadi secondary supporting alias sebagai back up.
“Minyak dari Banyu Urip selama ini semuanya dialirkan ke FSO Gagak Rimang. Padahal, ada satu jalur pipa lagi yang telah di bangun oleh PT Pertamina EP Cepu dari ‘Pad A’ ke FSO Tanker Cinta Natomas,” kata dia di Jakarta, Jumat (13/1).
Reporter : HYN