Eksplorasi.id – Bursa kandidat calon direktur utama (dirut) PT Pertamina (Persero) terus bergulir. Hingga kini pemerintah melalui Kementerian BUMN belum menentukan siapa dirut definitif Pertamina.
Sejumlah nama kemudian muncul sebagai kandidat calon dirut Pertamina, seperti Elia Massa Manik (dirut PT Perkebunan Nusantara III), Budi Gunadi Sadikin (mantan dirut PT Bank Mandiri Tbk, kini duduk sebagai staf khusus menteri BUMN), dan Edwin Hidayat Abdullah (komisaris Pertamina dan Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN).
Kemudian dari internal Pertamina beredar pula nama-nama seperti Rachmad Hardadi (direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia), Syamsu Alam (direktur Hulu), Muchamad Iskandar (direktur Pemasaran), dan Arief Budiman (direktur Keuangan dan Strategi Perusahaan).
Selain nama-nama di atas ada pula terselip nama Ahmad Faisal (mantan direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina) dan Hari Karyuliarto (mantan direktur Gas Pertamina). Belakangan ada pula nama Hanung Budya Yuktyanta (mantan direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina).
Masuknya nama Hanung digadang-gadang bisa menjadi ‘kuda hitam’ oleh sejumlah kalangan untuk menempati posisi orang nomor satu di Pertamina tersebut. Seperti diketahui, saat ini Pertamina dipimpin oleh Plt dirut yang dijabat oleh Yenni Andayani sejak 3 Februari 2017, pascadilengserkannya Dwi Soetjipto.
Berdasarkan data yang dihimpun Eksplorasi.id, Hanung Budya sang ‘kuda hitam’ merupakan lulusan Sarjana Teknik Mesin dari Institut Teknologi Bandung (1983). Dia pemegang gelar Msc di bidang Engineering Management dari Universitas Indonesia bekerja sama dengan Queensland University of Technology, Australia (1998).
Lahir pada 21 Februari 1959, Hanung mulai berkarier di Pertamina sejak 1984. Kariernya kemudian melesat ketika dia dipercaya sebagai presiden direktur anak usaha Pertamina, Pertamina Energy Limited (Petral), pada 2004 disaat era Pertamina dipimpin oleh Widya Purnama.
Selanjutnya, Hanung kemudian menjabat sebagai Deputi Direktur Pemasaran dan Distribusi (2006-2007), Deputi Direktur Pemasaran (2007-2010), Presiden Direktur PT Badak NGL (2010-2012), dan pada 18 April 2012 diangkat sebagai direktur Pemasaran dan Niaga hingga 28 November 2014.
Hanung juga sempat tersandung skandal PT Orbit Terminal Merak, tempat Pertamina biasa menyimpan bahan bakar. Nama Hanung disebut dalam surat Ketua DPR Setya Novanto tertanggal 17 Oktober 2015 dengan kop DPR yang ditujukan kepada dirut Pertamina saat itu Dwi Soetjipto.
Kala itu, Setya meminta Pertamina membayar biaya penyimpanan bahan bakar minyak kepada PT Orbit. Guna menguatkan permintaannya, Setya Novanto melampirkan sejumlah dokumen. Misalnya, catatan rapat negosiasi antara Pertamina dan PT Orbit tentang penyesuaian kapasitas tangki timbun.
“Sesuai dengan pembicaraan terdahulu dan informasi dari Bapak Hanung Budya Direktur Pemasaran dan Niaga sekiranya kami dapat dibantu mengenai addendum perjanjian jasa penerimaan, penyimpanan dan penyerahan Bahan Bakar Minyak,” tulis surat Setya Novanto, saat itu.
Reporter : HYN