Eksplorasi.id – Dibukanya pasar bebas masyarakat ekonomi Asean atau MEA mesti disikapi oleh PT Pertamina (Persero) dengan membangun bisnis retail di Timor Leste dan kemudian di Thailand, Myanmar, Filipina, Kamboja.
Selain itu, Pertamina akan terjun juga di bisnis bunker service di selat Malaka yang selama ini dikuasai oleh pemain-pemain dari Singapura dan Malaysia.
Hal itu dikatakan Wakil Ketua Komisi VI DPR Inas Nasrullah Zubir kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Senin (15/5). “Pertamina jangan hanya bisa hanya menjadi pemain di dalam negeri saja, sudah saatnya Pertamina menunjukkan kiprahnya di pasar internasional dengan menggarap pasar hilir migas internasional sebagai operator retail di berbagai negara, terutama di Asean,” kata dia.
Menurut Inas, dengan memiliki fasilitas terminal bahan bakar minyak (BBM) di Pulau Sambu yang telah selesai ditingkatkan kapasitasnya menjadi 300 ribu kiloliter (kl). Pulau Sambu adalah sebuah pulau yang terletak dekat dengan Pulau Batam di Kepulauan Riau.
Fasilitas terminal BBM di Pulau Sambu saat ini sudah dilengkapi dengan terminal automation system serta fasilitas blending produk solar (high speed diesel/HSD) dan minyak bakar (marine fuel oil/MFO) berstandar internasional dan dermaga berkapasitas LR 100 ribu DWT, seharusnya Pertamina bisa memulai bisnis hilir internasionalnya.
“Apalagi lokasi Pulau Sampu sangat dekat dengan Selat Malaka dan OPL Singapura. Potensi bunker di Selat Malaka mencapai 45 juta kl per tahun. Jika Pertamina dapat memeroleh lima persen saja dari pangsa pasar tersebut maka penjualan yang diperoleh bisa mencapai 2,25 juta kl per tahun,” ujar dia.
Namun, lanjut Inas, pada kenyataannya keseluruhan upaya untuk ekspansi ke pasar luar negeri tersebut saat ini masih terbentur dengan berbagai peraturan yang sangat birokratis di Indonesia serta tingginya pajak BBM yang membuat harga jual di hilir tidak dapat bersaing dengan pemain-pemain di pasar internasional, terutama di Selat Malaka dan OPL Singapura. “Oleh karena itu sudah saatnya Pertamina mempersiapkan trading arm di Singapura yang tentunya berbeda fungsi dengan Petral yang lalu,” jelas dia.
Reporter : Sam