Eksplorasi.id – PT PLN (Persero) hingga kuartal II/2017 harus mengeluarkan dana sebesar Rp 128,86 triliun untuk menanggung beban usaha perseroan.
Direktur Eksekutif 98 Institute Sayed Junaidi Rizaldi mengatakan, beban usaha tersebut tercatat hingga periode 30 Juni 2017. “Selama enam bulan, terjadi kenaikan beban usaha hingga sekitar Rp 9,15 triliun. Padahal per 31 Desember 2016 beban usaha PLN hanya Rp 119,71 triliun,” jelas dia di Jakarta, Senin (2/10).
Sayed menjelaskan, melonjaknya beban usaha tersebut menjadi bukti bahwa PLN sangat tidak efisien. Dia mencontohkan, untuk membeli bahan bakar dan pelumas saja selama enam bulan PLN mengucurkan dana Rp 55,28 triliun.
Rincian lainnya, lanjut dia, pembelian tenaga listrik Rp 34,56 triliun, sewa Rp 3,35 triliun, pemeliharaan Rp 8,15 triliun, kepegawaian Rp 9,35 triliun, penyusutan Rp 14,11 triliun, dan lain-lain Rp 4,07 triliun.
Di sisi lain, lanjut Sayed, berdasarkan laporan keuangan perseroan, perseroan juga memiliki utang kepada PT Central Java Power (CJP) dalam rangka Perjanjian Sewa Pembiayaan atas pengadaan pembangkitan tenaga listrik 4 x 660MW Tanjung Jati B Unit A, B, C dan D serta perolehan pipa gas di PLN Batam.
“Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Singapura bertindak sebagai Escrow Agent dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Tokyo bertindak sebagai Security Agent dalam perjanjian sewa pembiayaan CJP,” ungkap dia.
Menurut Sayed, untuk memenuhi persyaratan Financial Lease Agreement (FLA), PLN kemudian membentuk dana cadangan pada Escrow Agent untuk jaminan pelaksanaan operasi, pemeliharaan dan pengadaan bahan bakar serta untuk angsuran sewa pembiayaan.
Nilai tunai pembayaran minimum atas utang sewa pembiayaan tersebut pada periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2017 total untuk bagian jangka panjang mencapai Rp 17,31 triliun.
“Beban bunga dan keuangan terkait sewa pembiayaan CJP dan Batam Trans-Grasindo pada periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2017 sebesar Rp 1,75 triliun,” ujar dia.
Di satu sisi, salah satu anak usaha PLN, PT Indonesia Power memberikan pinjaman jangka panjang sebesar USD 9,4 juta dan Rp 77,28 miliar kepada PT Rajamandala Electric Power (REP) untuk membiayai proyek 46,6 megawatt (MW) di PLTA Sungai Citarum di Cianjur, Jawa Barat.
Dia menambahkan, pinjaman tersebut dikenakan bunga 10 persen per tahun. Jumlah bunga pokok pinjaman terutang selama masa pembangunan proyek (interest during construction) terhitung sejak tanggal dropping dana sampai 5 Desember 2017 akan dibayarkan secara bertahap setelah PLTA milik REP mencapai commercial operation date (COD) sampai dengan 5 Desember 2034.
Pinjaman pokok akan ditagihkan setiap enam bulan sekali melalui angsuran sebanyak 35 kali dari tanggal 5 Desember 2017 sampai dengan 5 Desember 2034.
Reporter : Sam