Eksplorasi.id – Direktur PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Suresh Vembu mengatakan, perseroan menargetkan pertumbuhan laba bruto JIIPE rata-rata 13-15% dalam kurun waktu 3-4 tahun ke depan atau hingga 2023. Hal ini bisa dicapai dengan mengandalkan tiga segmen bisnis, yakni bisnis perdagangan dan distribusi, kawasan industri, dan lainnya.
“Untuk bisnis kawasan industri, kami akan memperbesar porsi menjadi 22% dari 7% pada September 2020. Sementara perdagangan dan distribusi akan berkurang porsinya dari 85% menjadi 70%,” ucapnya belum lama ini.
Dalam pengembangan JIIPE, AKR sudah mengeluarkan investasi sekitar Rp 3,4 triliun sejak 2016. Namun, perseroan akan melakukan monetisasi dengan menjual sekitar 1.300 ha lahan yang ada di JIIPE.
Adapun target dari tenant yang akan menghuni kawasan industri ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang smelter, konstruksi, kimia, dan pengolahan serta industri makanan.
AKR optimistis menjual lahan tersebut, karena JIIPE sudah diusulkan untuk menjadi KEK Zona Teknologi dan Manufaktur. JIIPE juga memiliki keunggulan lain seperti adanya konektivitas dengan pelabuhan, stasiun kereta api dan jalan tol.
Selain JIIPE, lanjut Suresh, AKR merupakan salah satu perusahaan distribusi produk BBM dan kimia dengan kapasitas terbesar di Indonesia.
“AKR sudah menjalin kerjasama dengan British Petroleum (BP) untuk memasarkan BBM ritel dan avtur,” bebernya.
Sebut Suresh, melalui kemitraan strategis dengan BP, AKR sudah membuka 16 outlet untuk melayani BBM ritel. Dalam 10 tahun akan dibuka total 350 outlet.
Sementara untuk pemasaran avtur, BP, dan AKR memulai operasi pertama pada 2019 di bandara IMIP Morowali. Selanjutnya, kemitraan ini akan melayani wilayah Indonesia Timur dan berencana membuka depo baru.
Sebelumnya, AKR dan BO menjajaki ekspansi pembukaan fasilitas pengisian daya cepat (fast charging) untuk kendaraan listrik. Kedua perusahaaan juga bersiap menambah kerjasama dengan pengelola bandar udara dalam distribusi bahan bakar penerbangan, avtur.
Sampai dengan kuartal III/2020, AKR membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 17,7% menjadi Rp 665 miliar dibandingkan periode sama tahun 2019 Rp 565 miliar.
Sedangkan pendapatan perseroan turun 8,3% dari Rp 15,11 triliun menjadi Rp 13,86 triliun. Peningkatan laba bersih di tengah penurunan pendapatan didukung oleh peningkatan margin keuntungan.