Eksplorasi.id – Saat ini Pertamina sudah berhasil menyelesaikan Front End Engineering Design (FEED) dan sedang memproses tender pengadaan fasilitas pemrosesan gas di proyek Jambaran-Tiung Biru, Blok Migas Banyu Urip-Cepu.
Menurut Anggota Komisi VII DPR RI, Dito Ganinduto, di samping itu keputusan Pertamina untuk mengembalikan mekanisme impor BBM ke unit Integrated Supply Chain (ISC), juga langkah yang tepat.
Dito mengungkapkan, keberhasilan tersebut tidak akan terwujud kalaulah Pertamina tidak mempunyai Tim yang solid dan berintegritas. Dengan Tim yang solid tersebut maka penumpang gelap (free rider) dalam proyek-proyek Pertamina dapat dihindari.
“Tim Pertamina sudah terus membaik dalam melakukan evaluasi, yaitu antara lain dengan memasukkan tim evaluasi proyek ke dalam hotel (karantina), mereka tidak boleh pulang, HP juga tidak boleh dipakai kalau perlu keluarganya yang datang,” ujarnya.
Bahkan Dito menambahkan, handphone yang dimiliki anggota tim di-jammed (diacak sinyalnya), sehingga tidak dapat berfungsi untuk berkomunikasi. Dirinya mensinyalir, sebelumnya banyak terjadi kebocoran dari orang-orang yang melakukan evaluasi. “Saya baca hasil audit Petral, semua auditnya dibocorin,” cetusnya.
Namun, dengan metode yang saat ini dilakukan Pertamina untuk melakukan evaluasi seperti ini, menurut Dito sangat bagus sekali dan perlu dilakukan di seluruh wilayah kerja Pertamina.
“Bagus kalau mengelola seperti ini Pak Menteri. Kita sudah harus mengarah ke improvement way. Pertamina dalam ISC sudah betul, karena ini mencakup proyek yang cukup besar,” tandasnya.
Eksplorasi | Kontan | Aditya