Eksplorasi.id – Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman berkomentar bahwa mundurnya Saudi Aramco disebabkan karena perusahaan tersebut tersinggung dengan adanya pertemuan ‘tersembunyi’ antara Rosneft dengan PT Pertamina (Persero) di kantor pusat Pertamina yang ada di Jakarta, beberapa waktu lalu.
“Sebenarnya, masuknya Saudi Aramco itu atas permintaan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz ketika bertemu Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. Namun, diduga ada pihak Pertamina yang main belakang dengan menggandeng Rosneft, makanya Aramco tersinggung dan mengundurkan diri,” kata Yusri kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Selasa (10/5).
Baca juga: http://eksplorasi.id/investor-kilang-tuban-rosneft-masuk-aramco-terpental/
Yusri bercerita, berdasarkan informasi yang diperolehnya, semula sebenarnya Saudi Aramco memang enggan masuk ke bisnis kilang di Indonesia karena kurang menarik disebabkan marginnya yang kecil.
Namun, lanjut dia, atas permintaan raja Arab Saudi untuk membantu pemerintah Indonesia dalam membenahi ketahanan energy, maka Saudi Aramco tunduk kepada perintah raja.
“Jadi masuknya Saudi Aramco bukan murni 100 persen bisnis. Nah, kondisi psikologis kebijakan pemerintah Arab Saudi ini yang semestinya dipahami oleh pejabat Pertamina dan Kementerian ESDM sebagai peluang yang mahal, bukan malah diadu dengan Rosneft,” ujar dia.
Menurut Yusri, semestinya masuknya Rosneft tidak lagi harus mengulang cerita di awal pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, di mana kala itu China Sonangol yang akan memberikan diskon besar untuk keuntungan negara, namun faktanya hanya pepesan kosong.
“Bahkan kalau tidak salah, firma hukum Gibson, Dunn & Crutcher LLP, yang berbasis di Washington, Amerika Serikat, pernah mengumumkan bahwa Rosneft masuk daftar hitam (black list) perusahaan. Oleh sebab itu Rosneft tidak mungkin dapat akses pada institusi keuangan internasional,” ungkap dia.
Yusri menambahkan, bila fakta tersebut benar terjadi, maka Pertamina bukannya memberikan solusi terhadap sistem ketahanan energi di Tanah Air dengan meningkatkan produksi BBM, tapi malah terseret kepersoalan baru akibat kebodohannya dalam menilai calon mitra.
Heri
Waduhh..
Kehilangan kesempatan dalmm memperbaiki ya..
semoga perminyakan indonesia makin maju