Eksplorasi.id – Infrastruktur gas yang masih minim dinilai menjadi salah satu faktor yang membuat harga gas domestik tinggi. Padahal, dengan produksi gas nasional yang cukup besar, seharusnya bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan domestik.
“Receiving gas terminal dan jaringan pipa-pipa gas ke industri dan rumah tangga harus dibangun holding BUMN energi. Baru bisa menekan harga gas,” ujar Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Herman Kasih dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa 5 Juli 2016.
Diketahui, pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah memutuskan untuk menggabungkan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) atau PGN ke dalam PT Pertamina (Persero) yang juga menjadi holding BUMN energi. Realisasi penggabungan kedua BUMN saat ini menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah tentang pembentukan holding BUMN.
Penggabungan PGN ke Pertamina akan membuat operasional yang makin efisien, keuntungan yang bisa diperoleh juga berpotensi makin besar. Dengan keuntungan yang makin besar, investasi yang bisa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur gas juga berpotensi meningkat pesat.
Tahun ini Pertamina menganggarkan belanja modal 366,3 juta dolar AS untuk pemanfaatan gas atau 6,9% dari total investasi perseroan yang mencapai 5,31 miliar dolar. Sementara itu, belanja modal PGN tahun ini sekitar 500 juta dolar.
Pengamat energi dari Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, bagi PGN penggabungan ke dalam Pertamina akan memberikan dampak positif terhadap akses pasokan gas dari hulu. Dengan menjadi bagian dari Pertamina peluang mendapat akses pasokan gas menjadi lebih besar.
PGN tercatat mengoperasikan jalur pipa distribusi gas sepanjang lebih dari 3.750 km dan jalur pipa transmisi gas bumi yang terdiri dari jaringan pipa bertekanan tinggi sepanjang sekitar 2.160 km yang mengirimkan gas bumi dari sumber gas bumi ke stasiun penerima pembeli.
Pertamina telah berinvestasi cukup signifikan dalam pembangunan pipa transmisi demi menjamin monetisasi cadangan hulu dan optimasi produksi gas nasional.
Di hulu (upstream), perseroan mengoperasikan sejumlah ladang gas dengan produksi rata-rata sebesar 1.700 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Bahkan, Pertamina pada 2018 akan menjadi operator sekaligus pemegang hak partisipasi terbesar di blok gas terbesar di Indonesia, Blok Mahakam di Kalimantan Timur.
Pertamina bersama mitra dari luar negeri dan lokal juga mengoperasikan PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) yang memproduksi LNG. DSLNG tercatat mendapat pasokan gas alam dari PT Pertamina EP area Matindok, PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi, dan perusahaan lainnya.
Sementara itu untuk midstream, Pertamina memiliki dan mengoperasikan kilang penerima LNG melalui anak usahanya, PT Nusantara Regas. Pertamina menguasai 60% saham PT Nusantara Regas dan 40% sisanya dikuasai badan usaha lainnya. Perusahaan juga mengoperasikan kilang-kilang LPG yang dioperasikan PT Badak NGL di Bontang, Kalimantan Timur.
Selain itu, berbekal penetapan Tarif dan Hak Khusus dari BPH Migas, Pertamina melalui PT Pertamina Gas (Pertagas) melakukan kegiatan transportasi gas melalui 43 ruas pipa transmisi sepanjang 32.647,70 km inch yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Untuk itu Pertagas sebagai operator akan membuat pengaturan akses (access arrangement) bagi penggunaan bersama jaringan pipanya.
Pengaturan akses yang harus disetujui BPH MIGAS meliputi panduan manajemen serta aturan teknis dan hukum yang harus dipenuhi oleh shipper agar bisa memanfaatkan jaringan pipa tersebut.
Perusahaan juga melakukan kegiatan transportasi minyak berdasar Izin Usaha Transportasi Minyak dari Ditjen Minyak dan Gas Bumi. Saat ini PT Pertamina Gas tengah mengembangkan pekerjaan terbesarnya di bidang transportasi gas yakni pembangunan pipa gas Semarang–Gresik 28” sepanjang 258 km. Melalui proyek Semarang–Gresik, diharapkan nantinya jalur pipa gas di pulau Jawa akan terkoneksi dan dengan demikian dapat menjadikan PT Pertamina Gas sebagai perusahaan gas terbesar di kelasnya.
Eksplorasi | Aditya