Eksplorasi.id – Anggota Komisi VII DPR Inas Nasrullah Zubir mengungkapkan bahwa sebenarnya PT Pertamina (Persero) disuruh mengakuisisi ke Blok West Qurna 2 karena terpaksa.
“Seperti halnya crude dari West Qurna 1, yakni Basrah crude oil yang memiliki sulfur konten yang sangat tinggi yakni 28.000 PPM, juga West Qurna 2 memiliki sulfur konten yang tidak jauh berbeda,” kata anggota dewan dari Fraksi Partai Hanura ini kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Rabu (24/8).
Inas mengatakan, minyak mentah (crude) yang berasal baik dari West Qurna 1 dan 2 tidak bisa diproses di kilang-kilang milik Pertamina. Sedangkan Basrah Crude Oil selama ini tidak pernah dibawa ke Indonesia melainkan di swap dengan gasoline.
“Yang harus dicari tahu adalah West Qurna 1 pada zaman Karen Agustiawan menjadi dirut dan rumornya diduga hasil ‘kerjaan’ Mohammad Riza Chalid. Lalu, West Qurna 2 ini hasil kerjaan siapa? Ini masih misteri. Perlu diketahui, minyak dari Irak dan Iran itu sulfurnya tinggi, tidak bisa dipakai di kilang Pertamina,” ujarnya.
Baca juga :
Inas berpendapat, tindakan Dwi Soetjipto (dirut Pertamina) membatalkan akuisisi West Qurna 2 adalah tepat. Seharusnya, imbuh Inas, Dwi juga bisa membatalkan proses akuisisi West Qurna 1.
“Karena informasinya tentang swap Basrah tersebut malah Pertamina tidak memeroleh untung apapun. Pertamina harus terbuka, di mana saja kontak crude mereka lalu apakah bisa digunakan di kilang Pertamina. Jangan sampai kontrak tersebut hanya untung-untungan agar tampil hebat. Lebih parah lagi kalau kontrak tersebut malah menguntungkan orang tertentu,” jelasnya.
Comments 1