Eksplorasi.id — Peserta lelang dua wilayah kerja panas bumi milik Chevron yang lolos ke tahap penawaran harga sebanyak enam perusahaan.
Sebelumnya ada 14 perusahaan yang meminta izin untuk membuka data atas dua wilayah kerja panas bumi (WKP) milik Chevron guna dijadikan pertimbangan untuk penawaran harga.
Namun, hanya enam perusahaan yang akhirnya resmi mengajukan proposal penawaran harga.
“Sekarang sedang mengajukan penawaran harga, pesertanya sudah berkurang tinggal enam saja,” kata Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Yunus Saefulhak, Selasa (4/10).
Namun Yunus belum bersedia merinci keenam peserta yang telah lolos tersebut. Setelah pengajuan proposal dilakukan. Chevron akan mengevaluasi dan pemenang tender ditargetkan diumumkan pada Desember 2016.
Dua anak perusahaan Chevron yaitu Chevron Geothermal Indonesia Ltd mengelola WKP Darajat dan pembangkit dengan kapasitas 240 megawatt (MW) dan Chevron Geothermal Salak Ltd mengoperasikan WKP Salak berkapasitas 370 MW.
Chevron melelang dua aset panas bumi yang terletak di lereng Gunung Salak di Bogor dan Gunung Darajat di Garut. Sementara itu, pemerintah berharap agar dua WKP itu bisa dikelola oleh perusahaan milik negara.
Beberapa perusahaan yang serius berminat terhadap panas bumi milik Chevron tersebut antara lain PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Medco Power Indonesia, Mitsui and Co Ltd, Marubeni Corporation, dan PT Star Energy.
“Manajemen Chevron telah menyampaikan kepada pemerintah bahwa pelepasan aset panas bumi perseroan ditargetkan tuntas Januari 2017. Pengalihan aset panas bumi yang saat ini dikelola Chevron tidak menimbulkan kegaduhan, mulai dari masalah tenaga kerja hingga keberlangsungan operasionalnya. Itu sebabnya Chevron memberikan persyaratan cukup ketat,” jelas Yunus.
Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Abadi Purnomo menambahkan, WKP Salak dan Darajat sebelumnya milik Pertamina yang kemudian dioperasikan oleh Chevron melalui joint operation contract (JOC) dan energy sales contract (ESC) pada 1984.
Pertamina melalui anak perusahaan PT Pertamina Geothermal Energy telah mengoperasikan sejumlah lapangan panas bumi di Indonesia. “PGE mengetahui secara pasti kondisi lapangan karena Chevron dalam JOC dan ESC secara rutin melaporkan ke Pertamina. PGE telah mengoperasikan lapangan panas bumi di Indonesia dengan baik selama lebih dari 30 tahun,” ujar Abadi.
Operasi WKP Darajat memasok uap panas bumi ke pembangkit yang mampu menghasilkan listrik berkapasitas 270 MW. Sementara itu, WKP Salak yang merupakan salah satu operasi panas bumi terbesar di dunia, memasok uap ke enam unit pembangkit listrik dengan kapasitas 377 MW.
“Proses akuisisi, termasuk aset SDM , tidak perlu diragukan kompetensi Pertamina. Beberapa akuisisi Pertamina terhadap lapangan migas hasilnya cukup baik,” ujarnya.
Menurut Abadi, jika aset panas bumi Salak dan Darajat berhasil dikuasai kembali oleh Pertamina, pemerintah membuktikan komitmen kuat pemerintah dalam pengembangan panas bumi nasional.
Sementara itu, manajemen Pertamina menyatakan siap untuk mengambil alih aset-aset panas bumi yang akan dilepas Chevron. Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menjelaskan, Pertamina siap dari sisi operasional maupun pendanaan untuk mengakuisisi aset geotermal milik Chevron.
Jika pertamina memeroleh dua aset Chevron itu, katanya, pengelolaan akan diserahkan ke anak usaha perseroan yang bergerak di sektor panas bumi.
Reporter : Ponco