Eksplorasi.id – PT PLN (Persero) dipastikan akan memeroleh alokasi gas alam cair (liquified natural gas/LNG) sebanyak 58,32 kargo dari Kementerian ESDM.
Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja mengatakan, puluhan kargo LNG tersebut akan digunakan PLN sebagai sumber energi pembangkit.
“Alokasi itu sudah lebih dari cukup. Kebutuhan gas PLN pada tahun depan sebanyak 51,18 kargo. Jadi, pasokan sudah dijamin di atas kebutuhan,” kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (4/11).
Wiratmaja menjelaskan, kemudian pada 2019 Kementerian ESDM juga sudah mempersiapkan 77,98 kargo LNG disiapkan untuk PLN. Alokasi kargo LNG tersebut terus mengalami kenaikan, di mana pada 2019 sebanyak 90,69 kargo, kemudian pada 2020 sebanyak 120,5 kargo.
“Kebutuhan pada 2019 melonjak, karena sudah banyak tambahan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) dari proyek 35 ribu megawatt (MW). Kami telah menjamin pasokan gas untuk PLN hingga 2030, supaya sejumlah PLTG bisa beroperasi sesuai rencana,” jelas dia.
Menurut Wiratmaja, dari alokasi LNG tersebut nantinya PLN yang akan membagikan ke setiap PLTG. Pemerintah tidak menentukan alokasi untuk tiap PLTG.
“Kebijakannya tidak point to point per pembangkit, fleksibel, mana yang lebih dahulu dipakai. PLN yang menentukan secara fleksibel. LNG tersebut akan berasal dari Blok Mahakam, Tangguh, Muara Bakau IDD, Bontang, dan sebagainya,” ujar dia.
Terkait soal penetapan harga, imbuh Wiratmaja, PLN dipersilakan bernegosiasi dengan badan usaha yang ditunjuk untuk menjual gas bagian negara.
Seperti diketahui, manajemen PLN sebelumnya pernah mengungkapkan bahwa banyak PLTG milik perseroan yang belum mendapatkan kepastian alokasi gas dari pemerintah. Sebanyak 25 persen dari pembangkit di program 35 MW, atau sekitar 8.750 MW adalah PLTG.
Direktur Perencanaan PLN Nicke Widyawati pernah berkomentar, adapun PLTG yang belum memeroleh pasokan LNG antara lain, PLTGU Jawa 1 (1.600 MW) dan PLTGU Jawa-Bali 3 (500 MW).
Reporter : Ponco S