Eksplorasi.id – Proses akuisisi 65 persen saham ConocoPhillips Algeria Ltd di Blok 405a, Aljazair oleh PT Pertamina (Persero) pada 23 November 2013 senilai USD 1,75 miliar menyisakan cerita tersembunyi.
Seperti diketahui, kala itu aset bersih ConocoPhillips Algeria hanya sebesar USD 850 juta per 31 Oktober 2012. Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengungkapkan, pembelian 65 persen saham ConocoPhillips oleh Pertamina itu diduga melibatkan perusahaan cangkang (special purpose vehicle/ SVP).
“Diduga modus transaksi terhadap akusisi saham ConocoPhilips oleh Pertamina melibatkan SVP bernama Blackstone yang bermarkas di New York, Amerika Serikat. Tugas KPK, BPK, dan PPATK melacak aliran uang dari global bond pada 10 Mei 2013, apakah langsung ke rekening ConocoPhillips atau ke SVP Blackstone,” kata dia kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Rabu (28/12).
Yusri mengatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh, Pertamina tidak membeli saham tersebut langsung kepada ConocoPhillips tapi melalui Blacstone. “Makanya diduga ada kelebihan pembelian hingga USD 900 juta dari nilai aset bersih ConocoPhillips saat itu,” jelas dia.
Di satu sisi lanjut dia, pembelian 65 persen saham itu yang semula diprediksi bisa memberikan tambahan pasokan minyak hingga 23 ribu barel per hari (bph) ke Pertamina, namun kini disinyalir hanya terealisasi 11 ribu bph.
“Kalau produksinya hanya 11 ribu bph, berarti dibawanya ke Indonesia tiga bulan sekali. Sebab, kalau ingin membawa minyak, rata-rata muatan kapal yang akan berangkat sekitar satu kargo atau satu juta barel,” ujar dia.
Baca juga :
Diduga Kelebihan Beli USD 900 Juta, KPK Diminta Usut Pembelian Saham ConocoPhillips oleh Pertamina
Dia menambahkan, dirinya juga memeroleh informasi bahwa keterliban Blackstone diduga adanya campur tangan dari sosok pria bernama Gary Hing, yang sejak 2008 hingga 2014 menjadi konsultan di Pertamina. “Ada beberapa orang dalam Pertamina yang mengatakan bahwa Pertamina telah disusupi oleh advisor yang,” ujar dia.
Dia berkomentar, informasi tersebut terus berkembang, di mana diduga Gary Hing sangat dominan dalam berbagai proyek akuisisi di Pertamina, terutama yang ada di luar negeri. “Jika ini benar, maka kondisi itu jelas sangat membahayakan kondisi Pertamina,” jelas dia.
Informasi yang coba dihimpun Eksplorasi.id, dari situs jaringan sosial LinkedIn, Gary Hing merupakan lulusan dari Brisbane Grammar School, Australia.
Saat ini, sejak 2015, Gary Hing menjabat sebagai chief representative di Tamarind Energy, perusahaan yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia.
Dia juga pernah duduk sebagai commercial manager di Eni (2001–2008) dan commercial manager di Lasmo (1987–2001).
Reporter : HYN