Eksplorasi.id – Anggota DPRD Bangkalan, Jawa Timur Soeyitno menemukan praktik sambungan aliran listrik yang dilakukan warga berisiko, karena tanpa menggunakan tiang beton dan kabel listrik banyak menempel di pepohonan.
“Praktik sambungan aliran listrik berisiko ini, kami temukan di Desa Maneron dan Desa Glintong, Kecamatan Klampis,” katanya di Bangkalan, Kamis (16/06).
Di dua desa itu, warga terpaksa melakukan sambungan listrik dengan cara tidak wajar, agar bisa mendapatkan penerangan, karena sambungan listrik dari Perusahaan Listrik Negera (PLN) memang belum sampai ke dua desa tersebut.
Satu meteran listrik dipakai secara bersamaan melalui kabel tanpa tiang atau yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan istilah “tol-tolan”.
Akibatnya, kabel-kabel listrik bergelantungan rendah bahkan merayap di pinggir jalan dan melintasi perkebunan menuju rumah-rumah warga.
“Di Maneron dan Glintong itu kabel hingga sejauh 4 kilometer, bahkan ada yang mencapai 5 kilometer lebih,” tutur Soeyitno.
Jika kabel kena cangkul oleh petani, atau kabel tidak terbungkus karena sudah lapuk dimakan usia, kemudian mengenai bagian tubuh seseorang, jelas akan sangat berisiko.
Namun demikian, Soeyitno mengaku, tidak sepenuhnya menyalahkan warga yang melakukan sambungan listrik berisiko itu, karena warga memang sangat membutuhkan lampu penerangan.
Politikus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menjelaskan, Kecamatan Klampis merupakan salah satu kecamatan yang aliran listriknya di wilayah itu belum merata ke desa-desa.
Kecamatan lainnya Konang, Kecamatan Sepulu, Tanjung Bumi, Galis, Blega, dan Kecamatan Tanah Merah.
“Terkait persoalan listrik ini, kami di DPRD Bangkalan sudah meminta kepada dinas terkait, agar segera mempercepat pemerataan jaringan listrik dengan mengalokasikan anggaran setiap tahunnya. Kami di DPRD akan mendukung hal itu, karena ini demi kepentingan rakyat kecil,” katanya.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangkalan Moh Musleh mengatakan, perluasan jaringan listrik di Kabupaten Bangkalan membutuhkan waktu lama, karena dana yang tersedia dalam APBD sangat terbatas.
“Tahun ini, kami hanya bisa mengalokasikan anggaran sebesar Rp2,5 miliar ini untuk memperluas jangkauan jaringan listrik di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Geger, Tanah Merah dan Kecamatan Galis,” katanya.
Ia menjelaskan, di Kecamatan Geger, anggaran yang dialokasikan pemkab untuk perluasan jaringan listrik senilai Rp1,5 miliar, Tanah Merah sebesar Rp600 juta, dan di Kecamatan Galis sebesar Rp400 juta.
Sementara, data di Dinas Pertambangan dan Energi Bangkalan, menyebutkan, hingga awal 2016 ini, terdapat sebanyak 50 desa, tersebar di 15 kecamatan yang belum teraliri listrik.
“Jadi, kami sebenarnya telah berupaya. Tapi, karena anggaran terbatas, maka tidak bisa secepatanya diselesaikan, apalagi jumlah desa yang belum teraliri listrik tidak sedikit,” katanya, menjelaskan.
Eksplorasi / TN