Eksplorasi.id – Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengkritisi klaim dari pihak PT Pertamina (Persero) terkait efisiensi sebesar USD 91 juta dari implementasi program-program Breakthrough Project (BTP) sepanjang Januari hingga Juni 2016 sebagai bagian dari transformasi ISC.
“Kalau dikatakan efisiensi atau penghematan, dibandingkan dengan mana? Atau hanya karena harga minyak dunia memang pada titik terendah saat ini. Apakah bisa dibandingkan dengan periode 2010, 2011 atau tahun berapa?” kata Yusri di Jakarta, Rabu (3/8).
Menurut Yusri, di dunia perdagangan minyak, tidak begitu sederhana membandingkan harga pembelian tahun ini dengan dibandingkan periode 2012 atau 2014. Semestinya, lanjut dia, dibandingkan pada kondisi dan tahun yang sama.
“Lebih mudahnya apabila Pertamina bisa bersaing harga dalam penjualan produknya seperti solar yang sedang tender di PLN sebanyak 4,5 juta kl, kompetitornya banyak dari NOC dan trading oil company lainnya. Nah kalau Pertamina bisa menang, itu jelas bukti efisiensinya,” jelas dia.
Yusri menambahkan, bahkan belum lama ini Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan mengeluh mengapa harga jual avtur Pertamina lebih mahal 26 persen daripada kalau maskapai penerbangan membelinya di bandara Changi, Singapura.
Yusri menjelaskan, banyak faktor yang menentukan apakah harga sebuah komoditi itu sudah masuk kategori murah atau tidak. Misalnya, terkait antara lain efisien di sektor produksi di hulu dan efisiensi di sektor pengolahan di kilang.
Adapun pembentukan harga minyak dunia tentu di samping faktor tersebut di atas, sangat dipengaruhi juga oleh hukum ekonomi antara tingkat produksi dan kebutuhan dan faktor politik, cuaca di negara produsen.
Sebelumnya, akhir Juli lalu, manajemen Pertamina merilis bahwa ISC diamanatkan untuk melaksanakan BTP 2016 dengan beberapa program kerja, dengan titik berat kepada upaya reformasi pengadaan minyak mentah dan produk kilang.
Program-program tersebut meliputi roll out dari proses reformasi di tahun sebelumnya dengan target efisiensi USD 80 juta, pelaksanaan crude processing deal Basrah dengan target efisiensi USD 5 juta per tahun, dan pembelian minyak mentah, kondensat, dan elpiji dari Iran dengan target efisiensi juga USD 5 juta per tahun.
Kemudian, ISC Pertamina juga akan meningkatkan penyerapan minyak mentah domestik dari KKKS dengan target efisiensi USD 5 juta, serta pengadaan minyak mentah berdasarkan nilai keekonomian dengan target yang sama senilai USD 5 juta per tahun.
ISC juga melakukan penambahan daftar minyak mentah yang bernilai ekonomis tinggi yang dapat diolah di kilang Pertamina serta persiapan melakukan hedging atau lindung nilai. Realisasi program BTP ISC tahun ini hingga akhir Juni telah menghasilkan efisiensi sebesar USD 91 juta atau 228 persen dari target sampai dengan Juni sebesar USD 42 juta.
Di satu sisi, Yusri menjelaskan, ISC mesti dilihat dari sejarah pembentukannya. Dia bercerita, ISC dibentuk pada 28 September 2008, tidak lama setelah kasus impor minyak mentah Zatapi.
Ketika itu, lanjut Yusri, Ari Hernanto Soemarno masih sebagai direktur utama. Saat itu, Alasan pembentukan ISC adalah untuk memperbaiki proses pengadaan minyak mentah dan produk hasil olahan minyak mentah.
“Organisasi baru itu mengambil alih kewenangan perencanaan dan pengadaan dari direktorat pengolahan maupun Direktorat Niaga dan Pemasaran, yang awalnya masing-masing direktorat bisa mengonder langsung ke PES. Tapi setelah ISC dibentuk maka semuanya melalui pintu ISC. Walaupun awalnya efektivitas organisasi ini sempat dipertanyakan pihak internal dan eksternal Pertamina,” ujar dia.
Bahkan, menurut Pansus Angket BBM DPR pada 2009, keberadaan ISC memperpanjang birokrasi. “Pangkal persoalan akan terjadi bila nanti ISC menganggap anak usaha Pertamina lainnya, Pertamina Energy Services Pte Ltd (PES), bermasalah,” ungkap dia.
Yusri berkomentar, fungsi ISC adalah sebagai perencana, pembuat owner’s estimate (OE) alias harga pedoman dan pengevaluasi, serta pemutus apakah setuju atau tidak usulan tender yang disampaikan oleh PES.
“Sehingga kalau menurut temuan hasil audit forensik pada 2015 oleh firma Kordhamenta ada kebocoran informasi soal tender dan harga perkiraan (OE) kepada pihak ketiga, maka sudah dapat dipastikan bahwa sumber kebocoran awalnya dari oknum di ISC melalui oknum PES kepihak ketiga, atau bisa jadi dari oknum di ISC kepada pihak ketiga,” jelasnya.
Tetapi Yusri juga mengapresiasi langkah berani manajemen Pertamina menghilangkan fungsi PES, sehingga semuanya sejak awal januari 2015 dilakukan langsung melalui ISC Pertamina.
“Memang benar ada langkah perbaikan dilakukan oleh ISC dalam proses bisnisnya, walaupun faktanya masih ada juga sebagian proses pembelian minyak mentah dan produk BBM melalui trading oil company dan belum langsung ke produsen dan kilang di luar negeri, dan ini masih menjadi target perbaikan oleh ISC ke depannya,” tutur Yusri.
Situs resmi Pertamina menyebutkan, dalam menjalankan perannya, ISC memiliki tiga kapabilitas yaitu. Pertama, perencanaan dan optimasi. Pada posisi ini ISC melaksanakan proses perencanaan dan optimasi untuk hidrokarbon hilir secara terintegrasi, dan memastikan proses perencanaan sesuai dengan target perusahaan. Selain itu juga memastikan optimasi inventori/ persediaan untuk minyak mentah dan produk kilang melalui penjadwalan suplai dan distribusi
Kedua, niaga dan komersial. ISC mengelola minyak mentah yang dihasilkan oleh anak perusahaan hulu Pertamina di dalam dan di luar negeri, minyak mentah dan kondensat bagian negara dan pembelian dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Di samping minyak mentah, ISC juga melakukan kegiatan impor, ekspor, dan exchange untuk produk kilang.
Ketiga, operasional suplai dan ekspor. ISC mengelola serta memastikan suplai dan distribusi minyak mentah dan produk kilang baik dari sisi kuantitas, kualitas, dan jadwal dengan mempertimbangkan sarana fasilitas dan kondisi di terminal muat dan bongkar di dalam maupun luar negeri.
Sementara, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto pernah mengatakan, PES inilah yang nantinya akan dikembangkan menjadi trading company milik Pertamina yang mendunia. “PES tidak menjalankan fungsi pengadaan minyak mentah (crude oil) dan bahan bakar minyak (BBM). Fungsi tersebut dilakukan oleh ISC yang ada di kantor pusat Pertamina, di Jakarta. Untuk suplai ke Pertamina, PES juga ikut tender kompetitif dan transparan. Dan kadangkala juga kalah dengan vendor lain,” kata Dwi, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan penelusuran Eksplorasi.id, PES mendistribusikan minyak mentah dan BBM. PES sebelumnya dikenal sebagai Perta Oil Services Pte Ltd. Perusahaan ini didirikan pada 1992 dan berbasis di Singapura. Semula, PES beroperasi sebagai anak perusahaan Petral. PES juga diketahui berkantor di Orchard Road No 391A, 10-04 Ngee Ann City Tower A, Singapura, 238873.
Eksplorasi | Ponco S