Cuaca ekstrem akibat perubahan iklim yang terjadi disejumlah wilayah di Indonesia beberapa bulan belakangan ini berdampak terhadap operasional perusahaan, misalnya kekeringan yang terjadi di Sulawesi Selatan tahun 2023 mengurangi 75 persen kapasitas produksi PLTA.
Demikian dikatakan Direktur Keuangan PT PLN Nusantara Power Dwi Hartono di Jakarta, Rabu (13/6/2024).
Dwi bilang, pada tahun lalu di Sulawesi Selatan terjadi peristiwa bencana kekeringan yang cukup lama. “Itu berdampak kepada pengoperasian power plant kami yang PLTA, dari kapasitas 800 MW kemudian cuma bisa menghasilkan 200 MW, sekitar 75 persen kapasitas hilang,” paparnya.
Kata Dwi, agar tidak terjadi kekurangan supply, pihaknya kemudian menambah produksi listrik dari pembangkit lain berbahan bakar BBM atau gas yang biaya operasionalnya lebih mahal.
“Perbandingannya dengan PLTA, PLN dapat menghasilkan 1 KWH listrik dengan harga sekitar Rp600-Rp700,” ucap Dwi.
“Bencana kekeringan berdampak kepada kapasitas produksi PLTA,” kata Direktur Keuangan PT PLN Nusantara Power Dwi Hartono.
“Sementara kalau kami menggunakan bahan bakar minyak, 1 KWH itu bisa sampai Rp2.500. Jadi bisa dihitung berapa KWH yang diproduksi di Sulawesi Selatan waktu itu yang harus kami cover dengan operasional ini,” ucap Dwi.
Tidak hanya ketika terjadi kemarau panjang, ia menyatakan bahwa curah hujan yang terlalu banyak sebagai akibat dari perubahan iklim juga dapat mengganggu aktivitas produksi, terutama terkait operasional pembangkit listrik bertenaga batu bara.
Menurutnya, musim hujan yang berkepanjangan dapat mendisrupsi pengadaan komoditas tambang tersebut, baik karena masalah transportasi maupun ketersediaan suplai.
“Ketika batu bara itu suplainya kurang sehingga kemudian kita terpaksa membakar bahan bakar jenis lain yang dalam hal ini selalu BBM atau gas, nah ini juga nanti berdampak kepada belanja perusahaan,” ujar Dwi.
Meskipun begitu, ia mengatakan bahwa perubahan iklim tidak hanya memberikan tantangan, tapi juga peluang.
Misalnya, walaupun musim kemarau menghadirkan tantangan bagi operasional PLTA, tapi kondisi tersebut justru memberikan peluang terhadap meningkatnya produksi listrik dari PLTS. “Jadi ada dua sisi yang selalu kita bisa ambil (manfaatnya) dalam hal ini,” tutup Dwi.