Eksplorasi.id – PT Pertamina (Persero) tahun lalu menunjukkan kinerja yang kinclong terutama terkait pemasaran, ketika jabatan direktur Pemasaran dipegang oleh Ahmad Bambang, sejak 28 November 2014.
Namun, karir Ahmad Bambang di Pertamina terpaksa kandas ketika pada 3 Februari 2017 diberhentikan dari jabatan barunya sebagai wakil direktur utama (wadirut). Dia duduk sebagai wadirut Pertamina sejak 21 Oktober 2016.
Kini, posisi direktur Pemasaran Pertamina dipegang oleh Muchamad Iskandar yang diangkat sejak 2 Desember 2016. Pertanyaannya, apakah di bawah Iskandar divisi Pemasaran Pertamina bisa sekinclong saat dipegang Ahmad Bambang?
Salah satu langkah fenomena Ahmad Bambang ketika menjabat direktur Pemasaran adalah ketika dia pada 24 Juli 2015 meluncurkan BBM terbaru dengan RON 90, yaitu pertalite.
Pertalite dijual perdana dengan harga promo Rp 8.400 per liter per 21 Juli 2015, selisih lebih tinggi sebesar Rp 1.100 per liter dengan premium (pada waktu itu). Pertalite diuji coba di 101 SPBU yang tersebar pada sekitar wilayah Jadebotabek, Bandung, dan Surabaya.
Kemudian, sepanjang 2016, Pertamina terus melakukan peningkatan ditribusi pertalite hingga menjangkau ke 34 propinsi di Indonesia.
Sambutan positif kehadiran pertalite dibuktikan dengan meningkatnya distribusi dan penjualan pertalite hingga naik sebesar 1.570 persen dari 2015 dengan rata-rata penjualan sebesar 16.401 kiloliter (kl) per hari.
Kemudian, Ahmad Bambang juga berinovasi dengan meluncurkan pertamax turbo (RON 98) pada Juli 2016.
Hingga Desember 2016, telah hadir sebanyak 612 gerai pertamax turbo dengan volume penjualan sebesar 70.459 kl dan memberikan kontribusi pendapatan sebesar USD 37,84 juta.
Divisi Pemasaran Pertamina juga melaporan, peluncuran produk dexlite hingga Desember 2016 telah tersedia di 832 SPBU dengan total volume penjualan sebesar 115.938 kl dan kontribusi pendapatan sebesar USD 47,61 juta.
Ahmad Bambang juga menorehkan prestasi lain, terutama soal bisnis industrial fuel marketing. Kerja sama Pertamina dengan PT Adaro Energy Tbk untuk layanan pasokan dan optimalisasi infrastruktur BBM milik Adaro Energy Group hingga Desember 2016 telah berhasil mencapai volume penjualan sebesar 538 ribu kl yang memberikan kontribusi pendapatan sekitar USD 180 juta.
Sementara di lini bisnis gas domestik, hingga Desember 2016, Pertamina telah mendistribusikan tidak kurang dari 5.473 paket perdana konversi nelayan di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
Pada segmen bisnis aviasi, Pertamina terus berekspansi ke luar negeri melalui skema conco delco (contracting company, delivering company). Hingga Desember 2016, layanan conco delco Pertamina telah berada di 44 negara, 12 negara schedule dan 32 negara ad hoc.
Di bidang usaha petrokimia, Pertamina berhasil meningkatkan penjualan produk aspal sebesar 26 persen pada 2016. Aktivitas trading Pertamina mampu merealisasikan produk-produk baru seperti heptane (solvent), petroleum coke high sulfur, dan granular sulfur.
Granular sulfur tersebut di-bundling dengan produk molten sulfur eks RU IV Cilacap. Kegiatan bundling produk Sulfur tersebut berhasil meningkatkan penjualan sulfur sebesar 300 persen dibandingkan 2015.
Catatan cihui Ahmad Bambang lainnya, adanya RFCC RU IV Cilacap memberikan penambahan produksi propylene sebesar 40 ribu metrik ton (MT).
Produksi tersebut dapat ditingkatkan hingga 140 ribu MT per tahun apabila kilang berjalan dengan kapasitas optimum.
Pada usaha perkapalan, Pertamina terus meningkatkan operational excellence.
Total efisiensi yang dicapai pada 2016 mencapai USD 149,76 juta yang diperoleh dari pelaksanaan pola pengangkutan FOB melalui kapal LPG, efisiensi bunker, optimalisasi tonase eksisting, optimalisasi docking, serta negosiasi charter rate dengan ship owner.
Total pendapatan yang dibukukan oleh usaha perkapalan dari bisnis charter out dan marine services mencapai USD 59,7 juta.
Dari sisi operasional dan safety, secara bertahap Pertamina terus meningkatkan skor TMSA yang saat ini telah mencapai 2,3 serta sertifikasi SIRE yang telah mencapai 24 unit kapal milik sebagai salah satu prasyarat untuk mencapai level perusahaan pelayaran tingkat dunia.
Pada 2016, program Marketing Operation Excellence (MOrE) Pertamina berhasil membukukan value creation sebesar USD812,79 juta.
Reporter : Sam