Eksplorasi.id – Manajemen PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) didesak mengumumkan kepada publik perihal harga gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) di atas kapal (free on board/FOB), processing fee, serta harga gas netback.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan, pengumuman ke publik mutlak dilakukan karena itu yang dijanjikan pihak Mitsubishi Corporation ketika mengajukan proposal menjadi calon mitra PT Pertamina (Persero) dan PT Medco Energi Internasional Tbk di proyek kilang Donggi Senoro LNG.
“Ketika beauty contest, Mitsubishi mengajukan harga LNG FOB di kisaran USD 5,7-USD 7,8 per MMBtu dengan Japan Crude Cocktail (JCC) di level USD 50 per barel. Mitsubishi juga mengajukan processing fee sebesar USD 2-USD 3 per MMBtu (subject to plant cost), serta harga gas netback USD 3,7-USD 5,9 per MMBtu,” kata dia di Jakarta, baru-baru ini.
Yusri berkomentar, adanya beberapa kriteria request for biding proposal tersebut yang kemudian menyebabkan Mitsubishi bisa memenangkan beauty contest mengalahkan Mitsui Co & Ltd maupun LNG Energi Utama (LEU)/ Golar/ Osaka beberapa tahun lalu.
“Apakah itu sudah sesuai apa belum? Selain itu, awalnya Mitsubhis mengajukan nilai investasi USD 600 juta hingga USD 800 juta. Namun, manajemen PT DSLNG pada 2015 mengumumkan bahwa proyek tesebut menghabiskan dana hingga USD 2,8 miliar. Ini terjadi pembengkakan investasi hingga 3,5 kali,” ujar dia.
Penjelasan Yusri, ketika beauty contest digelar, pihak Mitsui menawarkan harga LNG FOB sebesar USD 6,5-USD 8,5 per MMBtu dengan @JCC USD 50 per barel. Sementara harga LNG FOB yang ditawarkan LEU sebesar USD 6-USD 8 per MMBtu.
“Kemudian, soal kapasitas Mitsui pun sanggup membangun kilang itu dengan kapasitas 2 MMTPA sedangkan LEU hanya 1,8 MMTPA. Belum lagi soal nilai investasi. Mitsui berani membangun kilang itu dengan investasi USD 400 juta hingga USD 800 juta, dan LEU sanggup membangun kilang dengan nilai investasi maksimal USD 604 juta,” jelas dia.
Dia menambahkan, terkait processing fee, Mitsui dan LEU masing-masing berani memberikan fee sebesar USD 1-USD 2 per MMBtu dan USD 1,36-USD 1,56 per MMBtu.
Sementara untuk harga gas netback, Mitsui dan LEU berani menawarkan di level USD 4,5- USD 6,5 per MMBtu dan USD 4,89-USD 6,89 per MMBtu. Kemudian, LEU berani menawarkan harga gas untuk bahan bakar (gas price for fuel) sebesar USD 2,15 per MMBtu. Sementara Mitsubishi dan Mitsui tidak berani menyebutkan (not mentioned, assumed netback).
“Jika tidak sesuai apa yang diajukan di dalam proposal, semestinya pihak Mitsubishi dikenakan denda, atau maksimal diterminasi sebagai mitra dari Pertamina dan Medco, bukan malah didiamkan saja. Ini ada apa?” tanya dia.
Sekedar informasi, saat ini Mitsubishi Corporation sebagai pemegang 75 persen saham Sulawesi LNG Development Limited (SLD) selain Korea Gas Corporation (25 persen).
SLD merupakan pemegang saham 59,9 persen saham di PT DSLNG, perusahaan yang mengoperasikan kilang DSLNG. Selain SLD, saham PT DSLNG juga dimiliki anak usaha Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi (29 persen), dan anak usaha Medco Energi, PT Medco LNG Indonesia (11,1 persen).
Kilang DSLNG berlokasi di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, sekitar 45 kilometer arah Tenggara dari Luwuk, ibukota Kabupaten Banggai. Kilang ini berada di pesisir pantai menghadap Selat Peling yang merupakan rute laut dalam dari Surabaya dan Makassar menuju Luwuk dan Manado.
Bisnis DSLNG adalah membeli dan mengubah gas alam menjadi gas alam cair dan memasoknya kepada pembeli. DSLNG telah meneken perjanjian jual beli gas dengan para produsen gas alam.
Mereka adalah, PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi, PT Medco E&P Tomori Sulawesi, dan Tomori E&P Ltd melalui Joint Operating Body (JOB) Pertamina–Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB PMTS) dan PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) melalui Proyek Pengembangan Gas Matindok (MGDP).
Berdasarkan perjanjian tersebut, DSLNG akan menerima pasokan gas alam dari Blok Senoro Toili yang dikelola oleh JOB PMTS sejumlah 250 juta kaki kubik per hari dan dari Blok Matindok yang dikelola MGDP sejumlah 85 juta kaki kubik per hari.
Kilang DSLNG terdiri atas satu unit kilang pengolahan tunggal serta fasilitas pendukung utilitas, dermaga untuk peralatan dan perbekalan, satu unit tanki penyimpan LNG dan satu unit tanki kondensat, dermaga untuk memuat LNG serta fasilitas pendukung administrasi.
Kilang ini memiliki kapasitas produksi sebesar dua juta ton LNG per tahun. Konstruksi kilang dimulai pada 2011. Kilang mulai beroperasi pada 2015 dengan pengiriman kargo LNG pertama ke Terminal Arun LNG di Nanggroe Aceh Darussalam.
Reporter: HYN