Eksplorasi.id – Kementerian BUMN didesak mesti segera memilih direktur utama (dirut) definitif untuk memimpin PT Pertamina (Persero).
Pasalnya, jabatan pelaksana tugas (plt) dirut dinilai sudah cukup lama, yakni sudah empat bulan, dan hal ini tidak pernah terjadi selama Pertamina berdiri.
“Ini akan menjadi preseden buruk dan bisa menjatuhkan kredibilitas pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Kenapa untuk urusan dirut definitif saja butuh waktu sangat lama,” kata Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman di Jakarta, Senin (20/8).
Ditanya soal siapa figur yang tepat menjadi dirut definitif Pertamina, Yusri menyebut dua nama. Pertama, Ahmad Bambang, dan kedua I Gusti Ngurah Askhara Dana Diputra alias Ari Askhara.
“Pertama kenapa Ahmad Bambang, karena dia figur yang bisa diterima hampir diseluruh kalangan yang ada di Pertamina. Dia pun sukses ketika menjadi direktur Pemasaran dan wadirut. Salah satu inovasinya adalah Pertalite,” jelas dia.
Publik, ungkap Yusri, juga mesti mengetahui bahwa Ahmad Bambang adalah konseptor implementasi program Satu Harga BBM Nusantara yang sangat dibanggakan Presiden Jokowi sebagai perwujudan keadilan sosial.
“Terobosan lain yang dia lakukan adalah Pertamax Turbo yang dikenal di Eropa dan menjadi BBM standard mobil balap Lamborghini,” ungkap dia.
Kemudian, Ahmad Bambang juga melakukan penetrasi pasar pelumas dengan produk-produk unggulan Fastron Series Platinum and Techno serta ekspansi ke luar negeri dengan mengakuisisi fasilitas produksi di Thailand
Penjelasan Yusri, Ahmad Bambang yang kini duduk sebagai komisaris Pertamina dan salah satu deputi di Kementerian BUMN juga sangat memahami karakter proses bisnis dan budaya Pertamina.
“Dia (Ahmad Bambang) terganjal karena sakit. Setiap orang pernah sakit, dan itu tidak masalah. Paling saat jadwal treatment saja. Di luar itu semua dia masih bisa bekerja secara normal,” ucap dia.
Yusri menambahkan, dengan teknologi komunikasi dan digital saat ini sudah tanpa batas, semestinya Ahmad Bambang masih bisa memimpin jika dipercaya duduk sebagai dirut Pertamina.
“Namun, berdasarkan informasi yang saya peroleh, jika Ahmad Bambang di-planning untuk lainnya, misal memimpin PT PLN (Persero), maka Ari adalah salah satu pilihan yang masih lebih mudah diterima stakeholder, khususnya pekerja, pensiunan dan komunitas migas,” terang dia.
Figur Alternatif
Yusri Usman berpendapat, Ari Askhara yang kini duduk sebagai dirut PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) dinilai sebagai figur alternatif di luar Ahmad Bambang.
Kata Yusri, Ari memiliki rekam jejak yang sangat cemerlang ketika menjadi direksi disejumlah BUMN. Sebelum menjabat sebagai dirut Pelindo III, Ari pernah sukses ketika menjadi direktur Keuangan dan Manajemen Risiko di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (Desember 2014-April 2016).
Ari pun pernah dipercaya sebagai direktur SDM dan Pengembangan di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. “Dia juga sukses saat jadi direktur Keuangan Pelindo III pada 2014. Sejumlah transformasi telah dia lakukan ketika duduk sebagai direksi dibeberapa BUMN,” jelas dia.
Menurut Yusri, rekam jejak Ari Askhara cukup bagus dan sangat memegang integritas. Figur seperti ini yang saat ini sangat diperlukan oleh Pertamina, di luar nama Ahmad Bambang.
“Banyak publik juga tidak tahu bahwa dia juga berasal dari keluarga besar Pertamina. Ayahnya dahulu sempat menjabat sebagai kepala Divisi Keuangan di Pertamina yang sangat memegang idealisme dan integritas,” katanya.
“Ari dibesarkan di lingkungan Pertamina, mulai dari Plaju, Sungai Gerong, Dumai dan lainnya. Dia juga dikuliahkan dari hasil keringat orang tuanya di Pertamina.”
Dengan demikian, lanjut Yusri, Ari bisa dikatakan bukan pekerja Pertamina, tapi ‘anak’ Pertamina, sehingga tetap akan punya rasa memiliki yang besar terhadap Pertamina.
Komentar Yusri, jika diadu sama-sama orang luar dengan pelaksana tugas (plt) dirut Pertamina saat ini, Nicke Widyawati, prestasi Ari jauh lebih kinclong. “Dilihat dari berbagai aspek, Ari Askhara jika dibandingkan dengan Nicke Widyawati jauh lebih unggul,” jelasnya.
Sekedar informasi, Ari merupakan alumnus Fakultas Ekonomi (sekarang Fakultas Ekonomika dan Bisnis, red) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dia adalah seorang profesional yang memiliki segudang pengalaman di berbagai perusahan nasional hingga multinasional.
Lulus pada 1994 dari UGM, Ari kemudian bergabung bersama Bank Ekspor Impor Indonesia (Eksim) yang kini telah berganti nama menjadi Bank Mandiri.
Selama 11 tahun berkarier hingga 2005, dia pernah menduduki posisi sebagai AVP atau assistant vice president di perusahaan perbankan milik negara tersebut.
Pada 2005-2014, dia kemudian memutuskan untuk berkarier di perusahaan multinasional. Di antaranya bergabung dengan Deutsche Bank (vice president), Barclays Investment Bank (director), PetroSand Indonesia (finance director) dan ANZ Bank (head of Natural Resources Indonesia).
Reporter: Sam