Eksplorasi.id – Mantan direktur utama (dirut) PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto dikabarkan tengah membidik kursi menteri BUMN untuk menggeser posisi Rini Mariani Soemarno.
“Dwi Soetjipto sepertinya berminat menjadi menteri BUMN. Kabar yang berhembus dan mulai santer terdengar, dia konon disokong oleh Edi Yosfi dan pengusaha bisnis migas bernama Chandra,” kata sumber Eksplorasi.id di Jakarta, Kamis (18/5).
Edi Yosfi yang dimaksud oleh sumber adalah seorang pemilik PT UTL, perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit. Selain berbisnis kelapa sawit, Edi juga menggeluti bisnis minyak dan gas, perkapalan, dan properti.
Pada 2014, lewat perusahaannya PT Star Vyobros, Edi Yosfi bekerja sama dengan Bharat Heavy Electricals Limited (asal India) membangun pembangkit listrik di Sulawesi.
Kemudian, pada 2015, Edi sebagai pemilik PT Adiperkasa Citra Lestari meneken kesepakatan kerja sama dengan Proton untuk mengembangkan mobil nasional. Dia juga merupakan kader dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Sumber menjelaskan, tersiarnya kabar Dwi Soetjipto membidik kursi menteri BUMN karena yang bersangkutan ‘terganjal’ untuk menjadi orang nomor satu di SKK Migas.
“Semula dia memang sepertinya bisa menjabat sebagai kepala SKK Migas. Namun dia terganjal persoalan umur. Pasalnya, batas maksimal menjabat kepala SKK Migas adalah 60 tahun, sementara dia kini umurnya sudah sekitar 62 tahun,” jelas sumber.
Keterangan sumber, jika Dwi dipaksakan duduk sebagai kepala SKK Migas, maka konsekuensinya adalah dengan mengubah Peraturan Presiden (Perpres) No 9/2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
Menurut sumber, pasal 12 ayat (1) Perpres No 9/2013 jelas mengatur bahwa batas usia pensiun bagi kepala, wakil kepala, sekretaris, pengawas internal, dan para deputi di SKK Migas adalah 60 tahun.
“Terlalu besar risikonya mengubah Perpres tersebut, sementara revisi UU Migas No 22/2001 saja hingga kini masih jalan di tempat. Mungkin karena melihat peluang menjadi kepala SKK Migas kecil dia coba beradu nasib di jabatan yang lain,” ujar sumber.
Namun, lanjut sumber, kebenaran kabar berminatnya Dwi Soetjipto menjadi menteri BUMN masih diragukan. “Masa iya Pak Jokowi akan menggeser posisi Rini dan digantikan Dwi,” katanya.
Eksplorasi.id belum mengkonfirmasi perihal kabar tersebut kepada Dwi Soetjipto secara langsung maupun kepada sejumlah pihak seperti yang disebutkan sumber, yakni Edi Yosfi dan Chandra.
Sebelumnya, Kementerian BUMN resmi memberhentikan Dwi Soetjipto sebagai dirut Pertamina pada 3 Februari lalu. Bahkan, kala itu Menteri BUMN Rini Soemarno menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo langsung sepakat bahwa Dwi memang harus diberhentikan.
“Pak Presiden menginstruksikan ke saya, ‘Ya sudah lakukan’,” kata Rini kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (3/2). Penjelasan Rini, Jokowi sepakat dengan penilaian Dewan Komisaris Pertamina bahwa dualisme kepemimpinan di Pertamina membahayakan.
Catatan yang coba dihimpun Eksplorasi.id, Dwi pada 28 November 2014 resmi menjabat sebagai dirut Pertamina menggantikan Karen Agustiawan yang mengundurkan diri.
Sebelumnya, pria kelahiran Surabaya, 10 November 1955 ini juga pernah duduk sebagai dirut PT Semen Indonesia, perusahaan induk usaha semen nasional dengan operasi pabrik terbesar di Asia Tenggara. Dia menjabat hingga 2014.
Pada 2009, Dwi meraih gelar doktor ilmu manajemen kekhususan manajemen strategis dari Universitas Indonesia (UI). Sebelumnya, dia pun menyandang gelar magister manajemen dari Universitas Andalas Padang, dan gelar insinyur dari jurusan teknik kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
Adapun jenjang karier yang pernah dia duduki selain sebagai dirut Pertamina dan dirut Semen Indonesia adalah, dirut PT Semen Gresik (2005-2012), dirut PT Semen Padang (2003-2005), komisaris utama PT Igasar (1998-2003), direktur Litbang Semen Padang (1995-2003), dan koordinator Bidang Diklat dari Institut Semen dan Beton Indonesia (2000).
Reporter : HYN
Comments 1