
Eksplorasi.id – Elia Massa Manik begitu dilantik menjadi direktur utama PT Pertamina (Persero) yang baru langsung membuat gebrakan.
Elia Manik akan mempertimbang komposisi direksi saat ini. Hal itu terkait usulan dewan direksi Pertamina yang berencana menambah satu direksi baru dengan bidang teknologi dan pengembangan.
“Saya akan lihat terlebih dahulu kondisi tubuh Pertamina. Penambahan direksi baru perlu kajian mendalam. Itu tidak boleh ditetapkan dari sekarang, dilihat dulu,” kata dia di Jakarta, Kamis (16/3).
Elia Manik kembali berkomentar, “Misalnya sekarang ada enam divisi, kenapa bikin enam kalau perlunya cuma tiga. Kami bisa evaluasi, bukan berarti itu pemotongan orang, tidak boleh ke situ,” ujar dia.
Sekedar informasi, saat Elia Manik memimpin PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebagai holding BUMN perkebunan, dia pernah membuat kebijakan kontroversial dengan menjalankan restrukturisasi.
Elia Manik pernah memangkas jumlah direksi di masing-masing PTPN dari semula empat hingga lima orang menjadi hanya maksimal tiga orang di masing-masing PTPN. Itu dilakukan demi menghasilkan efisiensi dan efektivitas dalam semua aspek.
Pasalnya, saat itu holding BUMN kebun memiliki total jumlah karyawan hingga 139.669 orang. Rianciannya 132.826 karyawan pelaksana dan 6.843 karyawan pimpinan.
Banyaknya karyawan tersebut memakan 60 persen terhadap beban produksi. Pemangkasan dilakukan karena PTPN III juga sedang menghadapi krisis keuangan akibat utang yang menggunung hingga Rp 33,24 triliun pada semester I-2016 hasil konsolidasi dari 13 PTPN di bawah PTPN III.
Utang yang menggunung tersebut mengancam kinerja perseroan. Sebab, yang harus dituntaskan tidak hanya pokok utang melainkan juga berikut bunganya. Holding BUMN kebun harus membayar bunga sebesar Rp 12,5 miliar per hari.
Selain utang konsolidasi anak usaha, PTPN III sebagai holding juga dilanda kerugian yang menggila. Sebut saja pada semester-I 2016 perseroan menderita rugi Rp 823,43 miliar, naik dari semula Rp 613,27 miliar dibanding 2015.
Penjelasan Elia Manik, kondisi di holding BUMN kebun menjadi pelajaran berarti. “Manajemen harus dilakukan secara efisien jika ingin kinerja keuangan perusahaan sehat. Saya juga akan mengedepankan efisiensi saat memimpin Pertamina,” jelas dia.
Elia Manik menjelaskan, “Kalau produksi tercapai tapi rugi untuk apa. Tapi kalau misalnya dia kita kasih KPI baru, kalian juga bertanggung jawab terhadap profit and loss,” ujar dia.
Reporter : Samsul