Eksplorasi.id – PT Pertamina (Persero) dan Shell International Eastern Trading Company (SIETCO) sepakat melakukan kerja sama untuk mengelola minyak mentah (crude) jenis Basrah milik Pertamina dengan skema crude processing deal (CPD), sebagai upaya meningkatkan nilai tambah pada rantai pasokan BBM dalam negeri.
Hari ini (Rabu, 31/8), Pertamina dan SIETCO secara resmi mengumumkan penandatanganan kontrak CPD yang telah dieksekusi pada Juni 2016. Kontrak kerja sama berlangsung hingga Desember 2016.
Serah terima dokumen dilakukan antara Senior Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel S Purba dan General Manager, Product East, Trading & Supply SIETCO Leong Wei Hung dan disaksikan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto bersama Country Chairman/Presiden Direktur PT Shell Indonesia Darwin Silalahi.
”Skema CPD memungkinkan Pertamina memperoleh nilai tambah dari minyak sour hasil produksi di Irak, Basrah, yang belum dapat diproses di kilang dalam negeri, dengan produk BBM yang dapat dibawa ke Indonesia dalam rangka mengurangi ketergantungan akan produk minyak impor,” kata Dwi.
Darwin Silalahi menambahkan, pihaknya merasa bahagia dengan kemitraan CPD yang terjalin antara Pertamina dan Shell. Pasalnya, ini menjadi fondasi bagi Shell untuk mempunyai kerja sama yang lebih dalam dan bermakna dengan Pertamina sebagai salah satu perusahaan migas nasional terbesar di regional.
SIETCO dipilih sebagai mitra melalui proses seleksi yang cukup panjang dari Januari hingga Mei 2016. Saat ini, SIETCO juga terdaftar sebagai salah satu Daftar Mitra Usaha Terseleksi (DMUT) ISC Pertamina.
Berdasarkan kesepakatan itu, volume minyak mentah yang akan diolah adalah satu juta barel per bulan dan Pertamina dapat memeroleh produk bahan bakar, termasuk mogas, aviation fuel, diesel, MFO, dan LPG, sesuai dengan kebutuhan Pertamina.
“CPD sejauh ini mampu menaikkan tingkat persaingan pada proses tender produk minyak di Pertamina. Oleh karena itu, kami melihat potensi untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan CPD di masa depan,” kata Dwi.
Sekedar informasi, minyak yang diolah kilang Shell di Singapura tersebut berasal dari Lapangan West Qurna I di Irak. Minyak bagian Pertamina inilah yang diolah menjadi bensin RON 88 alias premium.
Pertamina sebelumnya beberapa waktu lalu telah mengakuisisi 10 persen participating interest (PI) Exxon Mobil Iraq Limited (EMIL) di Blok Wes Qurna 1, Irak yang memiliki cadangan migas super raksasa. Kala itu, EMIL juga menjual 25 persen PI-nya di blok tersebut kepada PetroChina Iraq Ltd, sehingga PI dari 60 persen tersisa 25 persen.
Blok West Qurna 1 berlokasi di dekat Basrah, kota besar kedua Irak, sekitar 400 km sebelah tenggara ibukota Bagdad. Ladang raksasa ini memiliki cadangan terambil sekitar 22 miliar barel minyak (BBO) dengan operator masih tetap dipegang oleh EMIL.
Para pemegang saham di blok tersebut setelah akuisisi adalah EMIL (25 persen), PCC (25 persen), Oil Exploration Company Iraq (OEC, BUMN Migas Irak, 25persen), Shell West Qurna BV (SWQ BV, 15persen), dan Pertamina (10 persen).
Baca juga :
Dwi Soetjipto berkomentar, kerja sama ini sebagai salah satu upaya Pertamina mewujudkan cita-cita kemandirian energi di Indonesia. Berkat kerja sama ini, impor bahan bakar minyak (BBM) jenis premium turun satu juta barel per bulan.
“Sekarang ada potensi CPD, memanfaatkan crude Pertamina di Irak. Target kami satu juta per bulan. Ini upaya kami mengurangi impor langsung,” kata Dwi.
Keuntungan lain dari kerja sama ini adalah Pertamina bisa memeroleh premium dengan harga lebih murah sekitar 15 persen. “Sudah tentu lebih efisien. Dalam proses tender terakhir disampaikan, minus alfa semakin tinggi. Lebih baik daripada kalau kita beli langsung BBM,” paparnya.
Daniel Purba menjelaskan, Pertamina telah melakukan seleksi ketat untuk mencari mitra pengolahan minyak dari Irak. Akhirnya kilang Shell di Singapura yang terpilih setelah melalui proses panjang.
“CPD kami lakukan bekerja sama dengan Shell. Kami menghubungi kilang-kilang di seluruh Asia Pasifik untuk menjajaki pengolahan minyak mentah Pertamina dari Irak. Sebelumnya minyak dari Irak kita pasarkan di internasional. Tapi daripada kami hanya jual saja, kenapa tidak kami masak di kilang di Asia Pasifik dan kami ambil untuk mengurangi pembelian BBM secara langsung,” kata dia.
Selain premium, minyak mentah dari Irak juga akan diolah menjadi pertamax mulai September nanti. Pada kuartal IV nanti, pertamax pun akan di olah di kilang tersebut dengan volume satu juta barel.
Reporter : Ponco Sulaksono