Eksplorasi.id. Indonesia dihantui masalah kekurangan sumber energi. Badan Pengajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sENIN (25/7) menerbitkan buku outlook energi Indonesia 2016. Antisipasi yang ditawarkan BPPT adalah menyiapkan energi baru terbarukan (EBT) diantaranya yang bersumber dari nuklir.
Deputi Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) BPPT Hammam Riza mengatakan hasil kajian dari BPPT itu bisa menjadi bahan pemerintah dalam mengambil kebijakan. Khusus soal penggunaan nuklir sebagai sumber energi, oleh pemerintah dijadikan sebagai alternatif terakhir.
“Sebenarnya bisa di-mix (dicampur, red) seperti yang diterapkan di Jepang,’’ katanya di Jakarta kemarin. Di Jepang teknologi berbasis EBT mengkombinasikan sumber energi fosil, nuklir, dan coal atau batu bara. Dengan keseimbangan kombinasi itu, bisa diantisipasi habisnya cadangan energi.
Dia mencontohkan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) masih tetap menjadi primadona untuk memenuhi kebutuhan energi dengan pangsa konsumsi 31,5 persen di tahun 2014. Angka konsumsi BBM itu diprediksi naik menjadi 40 persen sampai 43 persen pada 2050 nanti.
Konsumsi BBM yang membengkak itu diantaranya untuk menopang sektor transportasi. “Pasalnya peralatan berbasis BBM masih dinilai paling efisien dibanding bahan bakar lainnya,’’ katanya. Selain BBM, konsumsi gas bumi tahun 2050 nanti naik menjadi 14 persen.
Dengan pertimbangan itu, pemerintah menurut kajian BPPT perlu mengupayakan alternatif sumber energi terbarukan. Pembangunan sumber energi terbarukan tidak bisa seketika, sehingga perlu diputuskan sejak dini. Tanpa menunggu cadangan energi di Indonesia benar-benar habis.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran mengatakan publik tidak boleh memvonis bahwa penggunaan nuklir itu adalah alternatif terakhir. ’’Beberapa kali saya harus meluruskannya,’’ kata Tumiran.
Dia mengatakan penggunaan nuklir sebagai sumber energi baru terbarukan tidak boleh dibaca sebagai alternatif terakhir. Namun harus dibaca dengan pertimbangan-pertimbangan. Dia menjelaskan penggunaan nuklir harus mempertimbangkan nilai ekonomi, pemenuhan masyarakat secara luas, dan keamanan operasionalnya.
’’Silahkan BPPT mengkaji penggunaan nuklir dengan pertimbangan-pertimbangan itu,’’ kata dia. Dia menegaskan alternatif sumber energi tetap tidak boleh dibeli dengan harga berapapun. Pemerintah tetap harus mempertimbangkan faktor nilai ekonominya.
Eksplroasi/Dian/Source