Eksplorasi.id – Peraturan Menteri ESDM No 11/2017 tentang Pemanfaatan Gas untuk Pembangkit Listrik telah diterbitkan oleh Kementerian ESDM.
Regulasi tersebut diterbitkan untuk membantu PLN dan produsen listrik swasta (independent power producer/ IPP) bisa memeroleh gas murah, sehingga biaya bahan bakar untuk pembangkit listrik bisa makin efisien.
Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja mengatakan, salah satu opsi yang diberikan pada PLN dan IPP untuk mendapatkan harga murah adalah melalui impor gas alam cair (liquified natural gas/ LNG).
“Tapi LNG yang diimpor dibatasi harganya maksimal 11,5 persen dari Indonesian Crude Price (ICP) saat tiba di pelabuhan Indonesia (landed price),” kata dia, Kamis (16/2).
Dia menambahkan, selain untuk kelistrikan, rencananya impor LNG juga akan dibuka untuk industri. Tujuannya untuk menurunkan harga gas industri yang rata-rata USD 8-10 per MMBtu.
Penjelasan Wiratmaja, dengan ICP yang saat ini di kisaran USD 50 per barel, maka landed price LNG impor harus kurang dari USD 5,75 per MMBtu.
“Besaran 11,5 persen dalam negeri itu FOB (free on board). Jadi impor 11,5 persen ICP itu harus landed price. Batasan harga tersebut dibuat karena impor gas bertujuan untuk mencari bahan bakar yang efisien bagi industri,” jelas dia.
Komentar Wiratmaja, jika tidak bisa lebih rendah dari itu maka impor LNG tidak ada manfaatnya untuk kepentingan nasional.
“Lebih baik pakai gas dari dalam negeri saja. Tujuannya impor kan menurunkan harga. Jelas harus lebih rendah dari harga dalam negeri,” ujar dia.
Menurut Wiratmaja, selain harganya dibatasi, izin impor gas hanya akan diberikan kepada pihak yang sudah memiliki infrastruktur, misalnya terminal penerimaan LNG, fasilitas regasifikasi, dan pipa untuk mendistribusikan gas.
Sekedar informasi, saat ini yang memiliki FSRU, terminal penerimaan LNG dan regasifikasi, serta jaringan pipa gas baru PT PGN Tbk (Persero) dan PT Pertamina Gas (Pertagas).
“Kalau ada perusahaan lain yang ingin jadi importir gas, harus mulai menyiapkan infrastruktur juga. Makanya yang mau impor bisa bangun dari sekarang,” ujar dia,
Reporter : Inka