Eksplorasi.id – Indonesian National Shipowner Association (INSA) meminta kepada pemerintah agar mempercepat proyek pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW).
Pasalnya saat ini, menurut Ketua Umum INSA, Johnson W Sutjipto, banyak anggota dari INSA yang menggantungkan usahanya di penyewaan kapal tongkang pengangkut komoditas batu bara untuk energi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Johnson menjelaskan, banyak kapal yang menganggur (lay up) di dermaga sungai maupun laut lantaran sepi order. Jika proyek pembangkit listrik 35 ribu MW yang digagas pemerintah berjalan dengan lancar, maka hal itu akan menggairahkan kembali bisnis perkapalan yang saat ini kondisinya sedang lesu.
“Angkutan batu bara, kita berharap proyek yang 35 ribu MW itu bisa segera berjalan walaupun kita tahu banyak kendala di sana sini. Jika proyek pembangkit listrik yang tersebar di seluruh Indonesia itu berjalan, maka akan kembali menggairahkan bisnis perkapalan, khususnya penyewaan kapal tongkang pengangkut komoditas,” ujarnya.
Namun, tambahnya, masalah yang saat ini dihadapi oleh sebagian besar anggota INSA adalah sepinya pelayaran komoditas yang berimbas pada tidak produktifnya kapal-kapal milik anggota. Hal itu kemudian menimbulkan masalah lain yakni biaya lay up kapal serta biaya sewa kapal dari leasing yang terus berjalan.
“Tentunya kita juga berpikir kawan-kawan (pemilik) Tug and Boat (kapal tongkang) yang sudah banyak memarkirkan kapalnya (lay up), itu juga bisa dibeikan kelonggaran dari perbankannya. Karena jika tidak kapal-kapal ini juga akan mengalami sesuatu yang tidak baik dan menjadi besi tua,” tuturnya.
Di kesempatan yang sama, Sekertaris Jenderal INSA, Lolok Sudjatmiko mengatakan, sektor angkutan komoditas berkontribusi hingga di atas 10 persen dari total angkutan menggunakan kapal.
Menurut Lolok, saat ini terdapat 4.000 unit kapal tongkang yang menjadi anggota INSA, di mana dari jumlah itu sebagian besar saat ini hanya terbantu pengangkutan bahan galian jenis C seperti batu split dan pasir.
“Batu bara ini kebutuhannya sangat besar. Kebutuhan PLN sendiri sampai sekarang ini kurang lebih 90 juta ton per tahun untuk PLTU. Kalau nanti 35 ribu MW itu bertahap eksisting, atau sudah eksisting 35 ribu MW semua, itu (Kebutuhan) batu bara bisa mencapai 200 juta ton per tahun, dan itu bisa menolong teman-teman (pemilik kapal) yang saat ini kapalnya lay up,” tandasnya.
Eksplorasi | Tempo | Aditya