Eksplorasi.id – Terjadinya insiden keluarnya gelembung gas di anjungan YY, sumur minyak lepas pantai Laut Jawa YYA-1 area Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ) menjadi bukti salah satu kegagalan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan, akibat insiden itu menyebabkan terjadinya tumpahan minyak di laut.
“Ini bukti bahwa Nicke lemah secara teknis, terutama terkait persoalan di lapangan. Belum lagi soal kontrol terhadap jalannya perusahaan secara menyeluruh,” kata dia kata dia di Jakarta, Jumat (26/7).
Yusri menambahkan, ada dua orang yang paling bertanggung jawab untuk peristiwa tersebut, yakni Dirut Pertamina Nicke Widyawati dan Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu.
“Peristiwa tersebut jangan dianggap sepele. Ini menandakan bahwa fungsi kontrol di bawah lemah. Berapa banyak kerugian yang harus ditanggung Pertamina? Belum lagi dampaknya terhadap lingkungan,” jelas dia.
Menurut dia, jika tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin Blok ONWJ akan mengalami peristiwa atau kondisi terburuk. “Terlihat bagaimana pihak Pertamina gagap menghadapi peristiwa tersebut, dan terpaksa harus meminta bantuan dari perusahaan luar negeri (asing) untuk mengatasi peristiwa tersebut,” jelas dia.
Yusri menerangkan, kondisi tersebut menjadi bukti bahwa ke depan Pertamina harus dipimpin oleh orang-orang yang paham di sektor migas, terutama persoalan teknik dan manajemen perusahaan.
Kronologi
Sementara itu, pihak Pertamina masih terus melakukan investasi atas terjadinya peristiwa tersebut. “Kami masih melakukan investigasi yang mendalam terkait dari asal-muasal gas yang menimbulkan buble,” kata Dharmawan H Samsu saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Kamis (25/7).
Dia menerangkan, akibat adanya gelembung gas menyebabkan salah satu kaki anjungan tidak stabil, dan memaksa Pertamina untuk mengevakuasi seluruh karyawannya. Dharmawan bercerita, kronologi awal terjadi gelembung yang terjadi pada 12 Juli 2019, sekitar pukul 01.30 WIB.
“Saat melakukan re-entry di sumur YYA-1 pada kegiatan re-perforasi muncul gelembung gas di anjungan YY dan rig Ensco-67 ONWJ. Sumur YYA-1 merupakan sumur eks eksplorasi YYA-4 yang dibor pada 2011,” jelas dia.
Lalu pada 14 Juli, Pertamina langsung mengevakuasi seluruh pekerja dari anjungan dan sekitar area tersebut ke tempat yang aman. Keesokan harinya, yakni pada 15 Juli, PHE ONWJ menyatakan keadaan darurat dan langsung bersurat ke SKK Migas dan Kementerian ESDM.
Pada 16 Juli, terlihat lapisan minyak di permukaan laut sekitar Blok ONWJ, di samping gelembung gas yang masih terus terjadi. Pada 17 Juli, tumpahan minyak mulai terlihat di sekitar anjungan.
“Tanggal 18 Juli, tumpahan minyak mulai mencapai pantai ke arah barat. Jarak anjungan dengan garis Pantai Karawang sekitar dua kilometer,” terang Dharmawan.
Pertamina telah melibatkan perusahaan Boots & Coots dari Amerika Serikat (AS) untuk mengatasi tumpahan minyak serta mencari penyebab pasti munculnya gelembung gas tersebut.
“Boots & Coots ini memiliki pengalaman yang teruji seperti menangani kasus serupa dengan skala lebih besar di Teluk Meksiko. Indikasi sementara terjadi anomali tekanan pada saat pengeboran YYA-1 sehingga menyebabkan gelembung gas yang diikuti oil spill,” imbuh dia.
Boots & Coots merupakan perusahaan yang terlibat dalam penanganan ledakan rig lepas pantai Deepwater Horizon di Gulf Mecixo pada 2010.
Delapan Desa Berdampak
Sementara itu, dilansir dari Katadata.co.id, Rabu (24/7), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan kebocoran gas dan tumpahan minyak di Blok ONWJ sudah berimbas ke delapan desa yang ada di Bekasi dan Karawang. Rinciannya, dua desa di Bekasi dan enam desa di Karawang.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian LHK RM Karliansyah mengatakan, Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai operator Blok ONWJ bersama masyarakat terus berupaya mengumpulkan tumpahan minyak yang ada di pesisir pantai di delapan desa tersebut.
Terpisah, Manager Kampanye Energi dan Perkotaan Dwi Sawung juga menjelaskan, tumpahan minyak dari sumur YYA-1 Blok ONWJ sudah sampai hingga pesisir Pantai Karawang.
Dia pun pun meminta agar tumpahan minyak yang ada di sekitar lokasi tersebut segera dilokalisir. Jika tidak, tumpahan minyak dapat mematikan habitat di pesisir pantai Karawang.
Bau Minyak
Di satu sisi, para pelancong diimbau tidak berkunjung ke sejumlah pantai di pesisir utara Kabupaten Karawang. Dilansir dari Detik.com, Senin (22/7), minyak hitam kental nampak tercecer di Pantai Pisangan, Desa Cemarajaya, Kabupaten Karawang.
Bau pekat minyak mentah menyeruak di sekitar pantai hingga tercium warga dan wisatawan yang berenang sejak Minggu (21/7). Sejumlah anak kecil yang sedang berenang kembali ke pantai dan tak meneruskan main air.
Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana mengungkapkan, pihaknya akan memanggil pihak Pertamina untuk meminta keterangan ihwal insiden tersebut.
Seperti Film Deepwater Horizon
Masih dikutip dari Detik.com, Minggu (21/7), Plt Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menuturkan, insiden serupa pernah terjadi di Teluk Meksiko, Amerika Serikat. Insiden itu membuat rig alias bor sumur minyak tenggelam.
Dia menggambarkan kejadian terburuk itu seperti dalam film Deepwater Horizon. Film yang dibintangi oleh Mark Wahlberg itu menggambarkan kengerian saat terjadi kebocoran di sumur minyak hingga akhirnya membuat sumur tenggelam.
“Risiko yang paling fatal adalah rig-nya tenggelam, tapi sekarang baru miring 8 derajat. Pernah nonton Deep Water Horizon? Kejadian paling parah seperti itu,” jelas Djoko di kantornya, Jakarta, Rabu (17/7).
Produksi Mundur
Akibat insiden tersebut, jadwal produksi Lapangan YY Blok ONWJ yang ditargetkan mulai pada September 2019 harus mundur hingga tahun depan.
Semula, Lapangan YY diproyeksi dapat menambah produksi minyak sebesar 4.065 barel per hari (bph) dan gas bumi sebesar 25,5 mmscfd.
Sebelumnya, Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman pada 19 Juli lalu pernah berkomentar, produksi migas di sumur Lapangan YY Blok ONWJ mundur akibat insiden tersebut.
Penjelasan dia, mundurnya produksi di Blok ONWJ karena akan dilakukan pemulihan sumur serta pengeboran ulang. “Awalnya kami (SKK Migas) menargetkan Lapangan YY bisa mulai berproduksi pada September tahun ini. Lapangan YY merupakan salah satu andalan untuk meningkatkan produksi migas nasional,” kata dia.
Reporter: Sam