Eksplorasi.id -Provinsi Kalimantan Tengah yang notabene wilayah penghasil batu bara (bahan bakar pembangkit listrik) tidak lantas menjamin ketersediaan listrik di wilayah itu.
Listrik di wilayah berjuluk “Bumi Tambun Bungai” ini sering padam tiba-tiba dan tanpa mengenal waktu entah siang, malam, ataupun pagi. Keadaan ini seolah menjadi hal lumrah bagi warga Kalteng.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) sendiri menyadari kebutuhan daya terus memang meningkat sehingga membutuhkan pasokan yang lebih untuk memenuhi seluruh kebutuhan listrik.
General Manager PLN Kalimantan Selatan dan Tengah (Kalselteng) Purnomo menyebutkan daya listrik yang rawan pemadaman itu karena cadangan daya yang dimiliki sedikit yang berasal dari empat unit PLTU Asam-Asam, PLTD, PLTA, dan Excess Power.
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang bertotal berkapasitas produksi 525 megawatt itu melayani dua provinsi, yakni Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, dengan total beban puncak mencapai 500 megawatt.
“Cadangan daya listrik yang dimiliki kecil sekali sehingga apabila dilakukan pemeliharaan pembangkit dipastikan terjadi pemadaman karena kurangnya daya listrik,” ungkapnya.
Untuk itu, PLN wilayah Kalselteng berupaya menyelesaikan tahap pembangunan dua pembangkit yang diharapkan bisa membuat perubahan dalam pelayanan pasokan listrik kepada masyarakat sehingga tidak ada lagi pemadaman.
Andi Seno, Asisten Bagian Jaringan PT PLN Area Palangka Raya, mengatakan bahwa kedua pembangkit listrik itu adalah PLTU dan pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG).
“Pertama PLTU di Pulang Pisau dengan kapasitas 2 x 65 megawatt dan kedua PLTMG Blok Bangkanai di Desa Karendan, Barito Utara yang berkapasitas 155 megawatt,” katanya.
Meski demikian, pengoperasian kedua pembangkit yang akan menambah suplai listrik di wilayah Kalselteng itu hingga kini belum dapat dilakukan karena masih kendala teknis.
Target Ketersediaan Listrik Provinsi Kalsel dan Kalteng itu, kata Andi Seno, ditargetkan bebas pemadaman listrik mulai Agustus 2016.
“Kami akan berupaya agar Kalselteng bisa terbebas dari pemadaman bergiliran listrik mulai 2016. Pasalnya, jika kedua pembangkit itu telah beroperasi, cadangan daya listrik yang dimiliki cukup besar,” katanya.
Kalau pembangkit PLTU Pulang Pisau Unit 1 dan Unit 2 di Kalsel sudah dioperasikan, daya listrik di Kalsel dapat tambahan 130 megawatt.
“Pembangkit PLTU Pulang Pisau beroperasi ditambah Excess Power total daya listrik 275 megawatt ditambah daya listrik 480 megawatt maka Kalselteng memiliki total daya sebesar 755 megawatt,” katanya.
Jika daya listrik sebesar 755 megawatt secara penuh beroperasi dikurangi beban puncak yang terus meningkat hingga diperkirakan bisa mencapai 550 megawatt, PLN Wilayah Kalselteng masih dimiliki cadangan daya listrik 205 megawatt.
“Cadangan daya listrik sebesar 205 megawatt itu sangat mencukupi. Bahkan, meski ada pemeliharaan dua unit PLTU, tetap tidak berpengaruh karena daya listrik cukup,” katanya.
Operasional PLTU Pulang Pisau Unit 1 diharapkan segera beroperasi dan Unit 2 diharapkan bisa masuk Sistem Kelistrikan Barito pada bulan Mei 2016.
“PLTMG Bangkanai 155 megawatt ditargetkan selesai Agustus paling lambat September 2016. Dengan demikian, jika seluruhnya bisa masuk sistem, bebas pemadaman,” katanya.
Sementara itu, Manajer PLN Muara Teweh Tatok mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan tes terhadap PLTMG pada awal Februari mulai pukul 20.00 WIB selama 3 hari atau 3 x 24 jam.
Uji coba mesin itu dilakukan pada satu unit dari 16 mesin PLTMG Bangkanai dengan daya keseluruhan mencapai 155 megawatt.
“Tujuannya menguji ketahanan mesin tersebut sebelum dilakukan operasional secara permanen,” katanya.
Satu unit mesin itu berdaya 9,7 megawatt, sedangkan kebutuhan listrik di Muara Teweh ditambah sejumlah desa sekitarnya hanya 8 megawatt (malam hari) dan 5 sampai dengan 6 megawatt pada siang hari.
“Jadi, satu unit mesin PLTMG ini sudah mampu memenuhi kebutuhan listrik di daerah ini, bahkan masih surplus daya. Uji coba ini dalam rangka untuk menerbitkan sertifikat kelayakan agar dapat beroperasi secara permanen,” katanya.
Walau demikian, dalam upaya pengoperasian pembangkit listrik tersebut, pihak PLN mengaku masih terkendala yang di antaranya terkait dengan ganti rugi lahan untuk pembangunan tower jaringan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dari wilayah Barito Selatan menuju ke Tanjung Kabupaten Tabalong, Kalsel.
Adanya kendala teknis tersebut dibenarkan oleh Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Provinsi Kalimantan Tengah Syahril Tarigan.
“Kedua pambangkit itu belum dapat beroperasi karena adanya kendala teknis. Oleh karena itu, kita juga tidak bisa memastikan kapan dapat dioperasikan,” kata Syahril.
Pihaknya pun berharap pada tahun 2017 dengan tambahan dua pembangkit besar dan pembangkit-pembangkit skala menengah dan kecil, sekitar 95 persen warga di wilayah Kalteng sudah teraliri listrik.
Pemerintah mencanangkan program “Indonesia Terang” dalam upaya meningkatkan elektrifikasi listrik. Sejumlah pembangkit listrik dibangun sebagai bagian pembangunan infrastruktur guna meningkatkan perekonomian nasional.
“Kebetulan pemerintah pusat mencanangkan program Indonesia terang. Program ini sejalan dengan program Kalteng Tarang. Maka, kami berharap pemerintah pusat dapat mempercepat realisasi program pemerintah provinsi kita,” pungkasnya.
Eksplrasi | Epung