Eksplorasi.id – Indonesia Energy Institute (IEI) meminta dilakukannya audit terkait dipilihnya Rosneft menjadi mitra PT Pertamina (Persero) dalam pembangunan kilang minyak di Tuban, Jawa Timur.
“Saya mencurigai adanya permainan di balik ini semua. Ini semua sudah tidak masuk akal karena tiba-tiba Rosneft masuk menggantikan posisi Saudi Aramco,” kata Direktur Eksekutif IEI Sarman El Hakim kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Rabu (11/5).
Bahkan, menurut Sarman, perlu juga dilibatkan aparat penegak hukum untuk mengelimir adanya potensi dugaan korupsi dalam pemilihan mitra tersebut.
“Apakah ada unsur korupsi, nepotisme, katabelece atau lainnya. Mumpung proyek ini belum berjalan. Semua hal negatif kalau bisa diantisipasi agar tidak terjadi,” ujar dia.
Sarman mengatakan, secara fakta, kemampuan Saudi Aramco jauh di atas Rosneft dalam hal industri minyak, baik itu di sektor hulu maupun hilir. Namun, imbuh dia, dirinya merasa heran karena manajemen Pertamina secara tiba-tiba memilih Rosneft menjadi mitra mereka.
Di satu sisi, Sarman juga mengaku heran dengan tidak dilibatkannya BPH Migas dalam pemilihan mitra tersebut. Padahal, imbuh dia, keterlibatan BPH Migas diatur dalam UU No 22/2001 tentang Migas.
“Sudah ada yang berani main belakang. Soalnya ini proyek lumayan besar. Dan, dana segar yang akan dikucurkan oleh Saudi Aramco hingga USD 24 miliar pun dipastikan akan hilang dengan masuknya Rosneft,” jelas dia.
Sarman berkomentar, semula Saudi Aramco berniat menggelontorkan uang hingga USD 24 miliar. Ini untuk pembangunan kilang minyak baru berkapasitas 300 ribu barel per hari, dan modernisasi sekaligus meningkatkan kapasitas 3 kilang minyak Pertamina hingga 400 ribu barel per hari.
Tiga kilang yang akan dimodernisasi adalah kilang Pertamina di Dumai, Balongan, dan Cilacap. Sedangkan kilang minyak baru direncanakan dibangun di Tuban. Bila investasi ini terealisasi, kapasitas produksi BBM di Indonesia bisa meningkat hingga 700 ribu barel per hari.
Versi Sarman, pembangunan kilang ini amat dibutuhkan Indonesia karena konsumsi BBM akan meningkat sampai 2,5 juta barel per hari pada 2025. Jika tidak membangun kilang minyak baru, impor BBM akan semakin membengkak.
“Sepuluh tahun lagi konsumsi BBM kita sudah 2,5 juta barel per hari. Oleh sebab itu, kilang ini mutlak dibangun. Tapi dengan salahnya Pertamina memilih mitra, saya jadi ragu,” kata dia.
Informasi yang dihimpun IEI, semula Saudi Aramco memilih Tuban sebagai lokasi pembangunan kilang baru, agar dapat diintegrasikan dengan industri petrokimia di Jawa bagian Timur.
Heri