Eksplorasi.id – Pernyataan anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Andang Bachtiar yang menyebutkan bahwa impor minyak mesti dipermudah, dengan alasan menjaga ketahanan energi nasional menuai kritik.
Inas Nasrullah Zubir, anggota DPR dari Fraksi Partai Hanura mengatakan, saat ini sebenarnya mekanisme impor minyak sangat mudah. Namun, imbuh dia, persoalan yang sulit adalah untuk memenangkan tender yang dilakukan oleh Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina.
“Kenapa tiba-tiba Andang berkomentar soal mempermudah impor minyak? Ada apa sebenarnya? Apa maksud Andang dengan kata ‘dipermudah’? Atau itu semacam sinyal Andang kepada ISC,” kata dia kepada Eksplorasi.id melalui pesan yang dikirim via WhatsApp Messenger, Selasa (22/11).
Inas menegaskan, sebagai anggota DEN seharusnya Andang bicara tentang izin pembangunan kilang yang dipermudah bagi swasta, agar Indonesia bisa menjadi produsen produk minyak.
“DEN itu seharusnya bicara strategis bukan bisnis. Soal bisnis serahkan ke Pertamina. DEN harus memikirkan kapan Indonesia bisa swasembada bensin, bagaimana caranya, bagaimana mempermudah. DEN juga hrs memikirkan bagaimana Indonesia bisa mengembangkan SPR (Strategic Petroleum Reserve). Jadi bukan mikirin tentang impor minyak. Serahkan itu kepada korporasi,” tegas dia.
Baca juga :
Sebelumnya, Andang Bachtiar mengatakan, saat ini kebutuhan minyak dalam negeri mencapai 1,6 juta barel per hari (bph). Sebanyak 50 persen atau 800 ribu bph kebutuhan minyak tersebut dipasok dari impor.
Andang menjelaskan, revisi UU No 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas) harus bisa mengantisipasi dan mengakomodir masalah impor minyak tersebut.
Reporter : Inka