Eksplorasi.id – Lapangan migas Banyu Urip, Blok Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur diproyeksikan memberikan kontribusi sebesar 74 ribu barel minyak per hari (bopd) bagi produksi minyak PT Pertamina (Persero) pada 2017.
Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu (PEPC), Adriansyah di Jakarta, Rabu (27/7), mengatakan, tahun ini kinerja rig sudah maksimum untuk produksi Banyu Urip sebesar 165 ribu bopd. Puncak produksi tersebut tercapai pada Maret 2016.
“Kami berharap masih bisa ditingkatkan, karena itu rata-rata tahunan. Jika misalnya 2017, kami asumsikan full Januari-Desember 165 ribu bopd, maka bagian PEPC sekitar 74 ribu bopd,” kata dia.
Baca juga: http://eksplorasi.id/produksi-banyu-urip-dilarang-naik-amien-sunaryadi-bukan-melarang-tapi-menjaga/
Menurut Adriansyah, langkah yang dilakukan saat ini adalah menjalankan rencana yang sudah ada sehingga puncak produksi Lapangan Banyu Urip tetap bisa dipertahankan ke depannya. Pasalnya, puncak produksi akan menemui sejumlah tantangan, seperti penghentian produksi (plant shutdown) untuk perawatan.
Selain Lapangan Banyu Urip, kontraktor Blok Cepu juga mengembangkan Lapangan Kedung Keris. Meski produksinya tidak sebesar Banyu Urip, Kedung Keris akan menjadi andalan untuk mengkompensasi penurunan produksi alamiah Banyu Urip.
“Kami harapkan mulai on stream pada saat Banyu Urip decline kira-kira perhitungan PoD awal, pada 2017 akhir atau di 2018. Tapi tidak begitu besar,” kata dia.
Baca juga: http://eksplorasi.id/produksi-banyu-urip-dilarang-naik-amien-sunaryadi-diduga-lindungi-mafia-minyak/
Adriansyah menambahkan, berdasarkan rencana pengembangan (plan of development) yang disetujui SKK Migas produksi Lapangan Kedung Keris sekitar 8 ribu barel per hari.
Ke depan, lanjut dia, pengembangan yang dilakukan di Blok Cepu tidak lagi pada produksi minyak, namun gas. Pengembangan yang dilakukan antara lain Lapangan Jimbaran Tiung yang ditargetkan on stream pada 2019.
“Kami juga mengembangkan Alas Tua West dan Banyu Urip gas. Di Banyu Urip ada gas, kita injeksi balik ke bawah untuk dorong minyak,” jelas dia.
Kontrak kerja sama Blok Cepu ditandatangani pada 17 September 2005. Pertamina EP Cepu, cucu usaha Pertamina bersama Mobil Cepu Limited, anak usaha Exxon Mobil Corporation, memegang 45 persen hak partisipasi.
Baca juga: http://eksplorasi.id/tolak-kenaikan-produksi-banyu-urip-sikap-amien-sunaryadi-dipertanyakan/
Sisanya, 10 persen hak partisipasi dikuasai Badan Kerja Sama Blok Cepu (BKS). Rencana pengembangan lapangan yang diperkirakan memiliki cadangan 445 juta barel tersebut disetujui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 15 Juli 2006.
Menurut Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro, Lapangan Banyu Urip sampai saat ini menjadi andalan bagi produksi migas, tidak hanya Pertamina namun juga untuk nasional. Bahkan untuk dua sampai tiga tahun ke depan, Banyu Urip masih jadi andalan.
“Karena memang cadangan terbesar ada disitu. Namun secara teknis, setelah mencapai puncak produksi memang harus turun, alamiah itu,” ujar dia.
Komaidi mengatakan, untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi Lapangan Banyu Urip bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti melalui enhanced oil recovery (EOR). Selain itu, bisa juga dilakukan melalui pengembangan di sekitar Banyu Urip.
“Tapi pengembangan sekitar perlu waktu lama, meski sudah ditemukan cadangan baru tapi kan tetap perlu persiapan, minimal dua tahun,” imbuhnya.
Eksplorasi | Ponco