Eksplorasi.id – Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, program pembangunan pembangkit listrik 35 ribu MW tetap berjalan, namun kemungkinan besar hanya bisa terealisasi 19 ribu hingga 20 ribu MW pada 2019.
“Kapasitas 19 ribu hingga 20 ribu MW pada 2019 merupakan target yang paling masuk akal,” kata Arcandra dalam diskusi Mewujudkan Keselarasan RUEN dan RUED Dalam Rangka Mencapai Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa (25/4).
Menurut Arcandra, perkiraan capaian 19 ribu hingga 20 ribu MW pada 2019 disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi saat ini yang masih di kisaran 5,1 persen hingga 5,2 persen.
Sementara target 35 ribu MW pada 2019 berpijak pada asumsi pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 7 persen hingga 8 persen pada 2019.
“Pembangunan pembangkit listrik memang harus menyesuaikan pertumbuhan ekonomi. Kalau kami bangun tetapi tidak ada yang memakai bagimana?” kata dia.
Dia memastikan sisa capaian target 35 ribu MW akan terus dikejar pada tahun-tahun berikutnya untuk mendukung Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang menetapkan target kapasitas pembangkit listrik nasional 430 ribu MW pada 2050. “Sisanya akan diselesaikan dengan waktu yang berjalan,” ujar dia.
Arcandra berkomentar, total kapasitas listrik terpasang di Indonesia saat ini mencapai 51 ribu MW, sehingga dengan penambahan 19 ribu hingga 20 ribu MW pada 2019 total kapasitas listrik akan mencapai 70 ribu hingga 75 ribu MW.
“Meskipun reserve margin (cadangan) listrik masing-masing wilayah berbeda-beda tetapi kita cukup dengan 70 ribu hingga 75 ribu MW pada 2019,” jelas dia.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran mengatakan, meski target 35 ribu MW sulit tercapai pada 2019, namun angka target itu tidak boleh berkurang.
Tujuannya, agar rata-rata konsumsi listrik per kapita di Indonesia pada 2025 bisa mencapai sekitar 2.500 kWh per tahun sesuai RUEN. “Kalau penyelesaiannya mundur apa boleh buat tetapi program 35 ribu MW tidak boleh berkurang,” kata Tumiran.
Antara