Eksplorasi.id – Manajemen ExxonMobil Cepu Ltd, operator Blok Cepu, siap meningkatkan produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip dari semula rata-rata 185 ribu barel per hari (bph) menjadi rata-rata 200 ribu bph.
Hal itu diungkapkan Menteri ESDM Ignasius Jonan ketika berkunjung ke Lapangan Banyu Urip, Jumat (20/1). Dia mengatakan, Blok Cepu adalah wilayah kerja dengan produksi minyak kedua terbesar di Indonesia.
“Blok Cepu sangat diandalkan pemerintah untuk mengejar target lifting 815 ribu bph. Peningkatan produksi sudah siap dilakukan tanpa perlu penambahan fasilitas. Target 200 ribu bph masih dalam batas toleransi kapasitas fasilitas produksi yang ada,” kata Jonan.
Namun, imbuh Jonan, produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip belum dapat ditingkatkan karena masih menunggu terbitnya izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).
“Peningkatan produksi masih dalam batas toleransi yang diizinkan Amdal. SKK Migas dan Exxon sedang mempersiapkan supaya persetujuan Amdal dari Kementerian LHK bisa segera keluar,” jelas dia.
Menurut Jonan, dirinya telah meminta Kementerian LHK untuk mempercepat izin Amdal di Blok Cepu. “Kami sudah minta teman-teman di Kementerian LHK supaya bisa diprioritaskan,” ujar dia.
Erwin Maryoto, VP Public and Government Relations ExxonMobil, menambahkan, pihaknya telah menguji kemampuan fasilitas produksi yang sudah ada.
“Kami sudah lihat kemampuan fasilitas itu dan ternyata masih memungkinkan produksi di atas 185 ribu bph, tanpa penambahan fasilitas baru. Itu masih dalam range fasilitas yang ada. tidak ada masalah,” ungkap dia.
Erwin pun berkomentar, fasilitas produksi masih beroperasi dengan aman hingga 207 ribu bph. Sudah diuji coba selama tujuh hari dan tidak menemui kendala.
FSO Cinta Natomas
Sebelumnya, Komisi VII DPR ternyata merekomendasikan agar sebagian minyak yang dihasilkan dari Lapangan Banyu Urip juga dialirkan melalui pipa yang menuju FSO Cinta Natomas.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Widya Yudha mengatakan, rekomendasi tersebut merupakan hasil kesepakatan antara Komisi VII DPR dengan SKK Migas dalam rapat dengar pendapat (RDP) yang digelar pada pertengahan 2016.
“Jadi tidak semua minyak dari Banyu Urip dialirkan melalui pipa yang menuju ke FSO Gagak Rimang. Tujuannya agar pipa yang ke FSO Cinta Natomas tidak idle,” kata dia kepada Eksplorasi.id di gedung parlemen, Jakarta, belum lama ini.
Anggota Komisi VII DPR Eni Maulani Saragih berkomentar, pengaliran minyak ke FSO Cinta Natomas juga sebagai bentuk antisipasi jika terjadi sesuatu pada pipa yang menuju ke FSO Gagak Rimang.
Reporter : Samsul