Eksplorasi.id – Hari ini, Selasa (31/10) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meresmikan fasilitas produksi gas lapangan Jangkrik di area Fasilitas Penerimaan Darat (Onshore Receiving Facility/ORF) milik Eni Muara Bakau, di Kelurahan Handil Baru, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
“Penyelesaian ini efisien, karena enam bulan bisa selesai lebih cepat dari yang direncanakan. Awalnya empat tahun ternyata ENI bisa menyelesaikan 3,5 tahun, dengan begitu hemat anggaran,” kata Jonan.
ORF tersebut berfungsi menerima aliran gas dan kondensat dari Floating Production Unit (FPU) Jangkrik. Keduanya merupakan fasilitas baru dari pengembangan lapangan gas Jangkrik dan menjadi bagian dari pengembangan fasilitas yang terintegrasi.
Baca juga: Besok, Menteri Jonan Akan Kunjungi Lapangan Jangkrik
Menteri Jonan menjelaskan penyaluran produksi dari lapangan ini telah dapat meningkatkan utilitas dari fasilitas LNG Bontang. Hal ini meningkatkan penyediaan energi yang lebih efektif dan efisien.
Selanjutnya, produksi gas dari Jangkrik ini akan memasok LNG ke pasar domestik dan juga pasar ekspor, sehingga diproyeksikan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan energi Indonesia.
Sementara itu, sebelumnya, pada tanggal 29 Mei 2017, Eni telah memulai produksi dari Proyek Pengembangan Kompleks Jangkrik di lepas pantai laut dalam Indonesia, hal ini terjadi lebih cepat daripada perkiraan yang tercantum di dalam RENSTRA ESDM 2015-2019.
Proyek ini mencakup lapangan Jangkrik dan Jangkrik North East yang terletak di blok Muara Bakau, Cekungan Kutai, di perairan laut dalam Selat Makassar. Produksi itu dihasilkan melalui sepuluh sumur bawah laut yang terhubung dengan FPU Jangkrik dan telah mencapai 600 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau setara dengan 100,000 barel setara minyak per hari (boed).
Keberhasilan proyek ini dirasa signifikan untuk menambah pasokan gas dalam negeri dan memenuhi target lifting gas bumi pada tahun 2017 sebesar 1,15 juta barrel setara minyak per hari, dan 2018 sebesar 1,2 juta. Pemerintah menargetkan peningkatan penggunaan gas di dalam negeri. Tahun 2017 alokasi gas di dalam negeri sebesar 62 persen.
Lebih lanjut ia menjelaskan proyek pengembangan Lapangan Gas Jangkrik juga telah menciptakan dampak berantai (multiplier effect) yang cukup besar seperti pabrikasi fasilitas pengolahan yang telah dikerjakan di Karimun, dan penyerapan tenaga kerja. Terdapat 1.000 lebih tenaga kerja selama fase proyek dengan 94,5 persen diantaranya adalah tenaga kerja Indonesia.
Pengembangan fasilitas migas yang terintegrasi ini menjadi bukti bahwa minat investasi hulu migas di Indonesia menarik. Hal ini dibuktikan dari investasi yang cukup besar untuk pengembangan lapangan migas, yang akan mendorong pengembangan perekonomian daerah dan nasional.
ENI resmi menjadi operator Blok Muara Bakau pada tahun 2002. Penemuan cadangan gas pertama terjadi pada tahun 2009 di Sumur Jangkrik-1. Berjarak sekitar 20 km dari Lapangan Jangkrik pada blok yang sama terdapat sumur Jangkrik North East yang ditemukan pada tahun 2011 dan kemudian diintegrasikan dalam satu rencana pengembangan lapangan (POD).
Pemerintah Indonesia menyetujui POD Lapangan Jangkrik pada tahun 2011 dan Lapangan Jangkrik North East pada tahun 2013. Persetujuan Lapangan Jangkrik North East melingkupi penggabungan pengembangan Lapangan Jangkrik yang dinamakan Jangkrik Complex Project (Proyek Jangkrik). (SAM)
Kok namanya pake nama Jangkrik?? Apa gak ada nama yg lebih baik? Bukankah nama Muara Bakau lebih bgus kedengafannya drpd Jangkrik??