Eksplorasi.id – Rencana pembangunan bendungan di jantung hutan Amazon berisiko menyebabkan gelombang penggundulan hutan (deforestasi) mengingat kawasan hutan hujan tropis terbesar dunia itu akan dibuka untuk lahan pertanian, demikian menurut hasil kajian dari peneliti Brazil, Rabu (29/06).
Perusahaan lokal yang telah menandatangani kontrak pembangunan kompleks bendungan Tapajos kemungkinkan akan membeli lahan di Amazon dari hasil keuntungannya untuk usaha pertanian kacang kedelai dan peternakan sapi, kata temuan penelitian yang dipublikasi University of Western Para di bagian timur laut Brazil.
Penggunaan lahan semacam itu berpotensi meningkatkan jumlah deforestasi, pasalnya para pengembang tampak terus memaksa masuk memanfaatkan lahan hutan.
Aksi itu juga mengancam hak tanah ulayat Suku Munduruku yang mendiami hutan tersebut, tambahnya.
Pembangunan jalur air yang baru berikut pendirian infrastruktur lain pasca Sungai Tapajos dibendung dinilai akan memudahkan proses alih fungsi hutan jadi lahan garapan, kata Philip Fearnside, pengajar dari Institut Nasional untuk Riset Amazon, juga salah satu penulis hasil kajian itu.
“Banyak lahan di Hutan Amazon tidak bersertifikat hukum,” jelas Fearnside.
“Nantinya, banyak pihak akan mengklaim kepemilikan lahan tersebut.” Spekulan kemungkinan akan berpindah ke tanah tak bertuan, menebang pepohonan di sana, dan mengklaim kepemilikan atas lahan, terangnya.
“Dampak sosial dan lingkungan akibat pembangunan itu akan cukup besar.” Namun, pendukung pembangunan berdalih, bendungan dapat meningkatkan nilai tanah mengingat adanya usaha pertanian, terbukanya lapangan pekerjaan, dan peningkatan jumlah komoditas ekspor.
Investasi baru dibutuhkan untuk mengembangkan usaha Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan pertanian di tengah resesi yang tengah menimpa Brazil, kata pendukung pembangunan bendungan.
PLTA memasok 80 persen listrik di Brazil, hingga para pendukung pembangunan itu mengatakan, bendungan merupakan solusi mengatasi dampak perubahan iklim via penggunaan energi yang dapat diperbaharui.
Pembangunan bendungan rencananya akan membanjiri wilayah seluas Kota New York, Amerika Serikat.
Bendungan itu akan mengancam kehidupan suku adat dan komunitas lokal lain yang memanfaatkan sungai untuk memancing demi bertahan hidup, tulis laporan tersebut.
Polemik atas hak tanah ulayat itu akhirnya mendorong badan kajian lingkungan Brazil (IBAMA) menunda izin pembangunan bendungan pada April.
Sekitar 150 ribu orang akan terdampak pembangunan bendungan, ungkap Juan Doblas, penasihat teknis dari penelitian tersebut. (Eksplorasi/Ant/Top)