Eksplorasi.id – Pemerintah diminta segera memastikan apakah penurunan subsidi bahan bakar minyak jenis solar yang direncanakan mulai Juli 2016 akan menaikkan atau tidak harga BBM itu guna menekan sedini mungkin aksi spekulan.
“Biasanya sebelum harga BBM naik, harga barang sudah duluan bergerak dengan alasan biaya transportasi sudah naik,” kata pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo di Medan, Rabu (15/06).
Kepastian dari pemerintah itu perlu ditegaskan segera mengingat kebijakan penurunan subsidi BBM terjadi di tengah harga minyak dunia yang mulai bergerak naik dan ada isu bahwa pemerintah kekurangan dana untuk membangun infrastruktur.
Wahyu yang Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) itu menyebutkan, kalau penurunan subsidi yang berakhir pada naiknya harga solar, maka otomatis akan menaikkan biaya transportasi.
Biaya transportasi yang naik sudah pasti berimbas pada lonjakan harga barang yang bisa berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat, dan mengerek inflasi yang akhirnya memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi.
“Jadi pemerintah dalam hal ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said harus tegas mengumumkan kebijakan penurunan subsidi solar tersebut agar tidak menjadi “bola liar” yang bisa berdampak negatif pada pasar,” katanya.
Wakil Ketua Kadin Sumut bidang Pertambangan dan Energi, Tohar Suhartono menyebutkan, seharusnya pemerintah masih terus memberikan subsidi solar karena PLN dan perusahaan pembangkit listrik swasta dan industri pengguna genset sangat meemerlukan di tengah masih terjadinya krisis gas.
“Pemangkasan subsidi solar apalagi kalau sempat membuat harga jual menjadi naik, akan tidak baik untuk perekonomian Indonesia yang dewasa ini masih bertumbuh melambat,” katanya, Sementara itu, Sekjen Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumut, Pendi Pohan mengatakan, apapun kebijakan pemerintah soal solar, HNSI tetap meminta nelayan mendapat subsidi.
“Nelayan harus tetap mendapat bantuan dari pemerintah,” katanya.
Sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said, mengatakan, penurunan subsidi solar direncanakan sebesar Rp650 dari subsidi sebanyak Rp1.000 per liter.
Dia mengakui, tren kenaikan harga minyak mentah dewasa ini memang berada di luar jangkauan pemerintah.
Eksplorasi / Top