Eksplorasi.id – Di tengah perlambatan permintaan batubara dari China, ada harapan dari kenaikan permintaan di Indonesia. Namun, sentimen ini belum sanggup menopang pergerakan harga batubara.
Analis Bloomberg Intelligence, Michelle Leung dalam riset per 10 Maret 2016 menyatakan, permintaan batubara domestik berpeluang meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Ini didukung adanya program pembangkit listrik yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memperkirakan, permintaan batubara Indonesia naik 74 juta ton pada 2019. Angka ini setara dengan kenaikan sebesar 92% atau 19% rata – rata kenaikan per tahun dari 2015 – 2019. Perkiraan ini dibuat dengan mengasumsikan pemerintah mampu mencapai target pembangunan pembangkit listrik batubara dengan kapasitas 20 gigawatt sebelum akhir 2019.
Sementara untuk tahun ini, APBI memperkirakan ekspor batubara Indonesia turun 15% atau sekitar 250 juta ton. Penurunan 44 juta ton berpotensi mengurangi suplai global hingga 5% sehingga diharapkan mampu membuat harga batubara lebih stabil.
Meski demikian, analis PT Central Capital Futures, Wahyu Tri Wibowo menilai, kondisi tersebut tidak akan mempengaruhi harga batubara global secara signifikan. “Soal proyek batubara pemerintah akan lebih pengaruh ke pendapatan daerah dan ekonomi lokal secara umum,” paparnya. Untuk tahun ini, Wahyu memperkirakan harga batubara masih akan berada di kisaran US$ 50 per metrik ton.
Mengutip Bloomberg, Jumat (11/3) harga batubara kontrak pengiriman Juni 2016 di ICE Future Exchange menguat 0,15% menjadi US$ 49,4 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan, harga batubara naik 0,81%.
Eksplorasi | Kontan | Yudo