Eksplorasi.id – Manajemen PT PLN (Persero) mengakui bahwa pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di wilayah Pulau Jawa dan Sumatera tidak menjadi skala prioritas.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan, biaya pokok produksi (BPP) listrik di Jawa dan Sumatera sudah rendah, maka pengembangan EBT tidak jadi prioritas.
“Pengembangan EBT akan lebih difokuskan ke Indonesia Timur untuk menurunkan BPP di sana. Energi primer di Jawa dan Sumatera sudah murah. EBT belum prioritas,” kata dia di Kantor Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (10/2).
Penjelasan Sofyan, pengembangan EBT akan difokuskan ke wilayah Indonesia Timur, Sulawesi, dan Kalimantan. Menurut dia, saat ini di Indonesia Timur masih banyak mengandalkan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).
“Pemanfaatan EBT seperti air, surya, angin, dan sebagainya akan sangat menguntungkan. Dengan harga di bawah rata-rata BPP setempat, listrik dari EBT dapat membuat tarif listrik jadi lebih murah,” jelas dia.
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan baru saja meneken Peraturan Menteri ESDM No 12/2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
Regulasi tersebut menetapkan patokan harga maksimum untuk listrik dari tenaga matahari, angin, air, biomassa, biogas, sampah, dan panas bumi.
Kementerian ESDM membatasi harga listrik dari tenaga matahari, angin, air, biomassa, biogas paling tinggi hanya 85 persen dari BPP listrik di daerah tempat beroperasinya pembangkit listrik EBT tersebut.
Contoh, jika BPP setempat sebesar Rp 2.000/kWh, maka PLN membeli listrik dari pengembang EBT dengan harga semahal-mahalnya Rp 1.700/kWh.
Reporter : Inka