Eksplorasi.id – PT PLN (Persero) memastikan sistem kelistrikan Sulawesi Utara dan Gorontalo mengalami surplus hingga 70 MW setelah sebelumnya defisit dan sering kali padam.
Direktur Bisnis Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara Machnizon Masri dalam siaran pers di Jakarta, Minggu mengatakan, surplus pasokan listrik terjadi setelah pengoperasian kapal pembangkit Zeynep Sultan dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Engine (PLTG) Gorontalo “peaker”.
“Setelah sempat mengalami defisit, akhirnya kekurangan daya pasok listrik tersebut teratasi dengan masuknya dua pembangkit kami yang baru, yakni pembangkit Zeynep Sultan dan PLTG Gorontalo ‘peaker’,” ujarnya.
Menurut dia, saat ini, beban listrik pada sistem kelistrikan Sulut dan Gorontalo mencapai 325 MW sedangkan daya mampu pembangkit saat ini 395 MW, sehingga ada kelebihan daya 70 MW.
Ia menambahkan, cadangan daya akan bertambah menjadi 170 MW, setelah pembangkit kapal Zeynep mencapai kapasitas maksimal sebesar 120 MW dan PLTG Gorontalo “peaker” sebesar 100 MW.
Sebelum kapal pembangkit Zeynep asal Turki beroperasi, wilayah Sulut dan Gorontalo terjadi defisit daya sebesar 50 MW dari total beban puncak yang mencapai 325 MW.
Khusus Gorontalo, daya mampu hanya 50 MW sementara beban puncak mencapai 80-85 MW atau defisit 30-35 MW.
PLN menyewa pembangkit terapung Zeynep Sultan yang ditempatkan di Amurang, Sulut dalam jangka waktu lima tahun dengan nilai kontrak sebesar Rp1.850 per kWh sudah termasuk bahan bakar.
Sesuai kontrak, PLN hanya akan membayar sesuai listrik yang digunakan saja.
Sementara, PLTG Gorontalo 4×25 MW merupakan proyek pertama program pembangkit berkapasitas 35.000 MW.
PLTG Gorontalo yang berloksi di Desa Maleo, Kecamatan Paguat, Kabupaten Pohuwato, dikerjakan PT Pembangunan Perumahan (Persero).
Eksplorasi | Tempo | Aditya