Eksplorasi.id – PT PLN (Persero) meraih laba bersih Rp5,01 triliun pada triwulan pertama 2016 atau meningkat Rp5,87 triliun dibandingkan periode sama yang rugi Rp860 miliar.
Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto saat memaparkan laporan keuangan 2016 di Jakarta, Rabu (29/06), mengatakan pada triwulan pertama 2016, pendapatan usaha tercatat Rp53,731 triliun atau meningkat Rp2,647 triliun dibandingkan periode sama 2015 sebesar Rp51,084 triliun.
“Sementara, biaya usaha naik Rp627 miliar dari Rp55,44 triliun menjadi Rp56,067 triliun,” katanya.
Menurut dia, biaya usaha tersebut terdiri atas bahan bakar minyak (BBM) yang mengalami penurunan cukup tajam yakni Rp4,958 triliun dari Rp9,911 triliun pada triwulan pertama 2015 menjadi Rp4,953 triliun pada triwulan pertama 2016.
Volume BBM pada triwulan pertama 2016 mengalami penurunan 300 ribu kiloliter dari 1,4 juta kiloliter pada triwulan pertama 2015 menjadi 1,1 juta kiloliter.
Biaya usaha lainnya adalah berasal dari bahan bakar non-BBM yang pada triwulan pertama 2016 tercatat Rp19,042 triliun dan biaya operasi lainnya mencapai Rp32,072 triliun.
Dengan demikian, lanjut Sarwono, pada triwulan pertama 2016, PLN mengalami rugi (selisih antara pendapatan usaha dan biaya usaha) Rp2,336 triliun.
“Kerugian tersebut sebelum subsidi. Setelah ditambah subsidi sebesar Rp12,495 triliun pada triwulan pertama 2016, maka kami mendapat laba Rp10,16 triliun,” ujarnya.
Kemudian, setelah dikurangi beban keuangan yang mencapai Rp3,557 triliun, perolehan laba PLN menjadi Rp6,602 triliun.
Selanjutnya, menurut dia, pada triwulan pertama 2016, PLN memperoleh keuntungan selisih kurs Rp3,682 triliun, sehingga laba naik menjadi Rp10,284 triliun.
“Terakhir, setelah dikurangi beban pajak yang cukup besar Rp5,275 triliun, didapat laba bersih Rp5,01 triliun,” ujar Sarwono.
Pada 2015, PLN membukukan laba bersih setelah audit sebesar Rp15,6 triliun.
Indikator kinerja PLN pada 2015 lainnya adalah pendapatan penjualan listrik Rp209,8 triliun atau naik Rp23,2 triliun (12,44 persen) dibandingkan 2014 sebesar Rp186,6 triliun, pertumbuhan pemakaian listrik 2,14 persen menjadi 202,8 Terra Watt hour (TWh) dari 198,6 TWh, dan beban usaha tercatat Rp246,3 triliun atau turun Rp19 triliun (7,16 persen) dibandingkan 2014 sebesar Rp265,3 triliun.
Selain itu, jumlah pelanggan per 31 Desember 2015 naik 3,7 juta (6,39 persen) menjadi 61,2 juta dibandingkan 2014 sebanyak 57,5 juta, rasio elektrifikasi tercatat 88,3 persen per 31 Desember 2015 atau naik dibandingkan posisi 2014 sebesar 84,35 persen, perolehan subsidi listrik turun Rp42,8 triliun menjadi Rp56,6 triliun dibandingkan 2014 sebesar Rp99,3 triliun dan pemakaian BBM turun dua juta kiloliter dari 7,2 menjadi 5,2 juta kiloliter atau nilainya berkurang Rp36,4 triliun dari Rp71,5 triliun menjadi Rp35 triliun. (Eksplorasi/Ant/Top)