Eksplorasi.id – PLN segera mengakuisisi Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan Chevron Geothermal tahun ini. Langkah itu merupakan bentuk keseriusan PLN memasuki bisnis pembangkit listrik tenaga bumi.PLN segera mengakuisisi Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan Chevron Geothermal tahun ini.
Langkah itu merupakan bentuk keseriusan PLN memasuki bisnis pembangkit listrik tenaga bumi. Sebagaimana diketahui, PGE dan Chevron merupakan perusahaan kelistrikan geotermal.
Dirut PLN Sofyan Basir mengungkapkan, perusahaannya tertarik mengakuisisi PGE. Bahkan, Kementerian BUMN sebagai kuasa pemegang saham pemerintah di PLN dan Pertamina sudah memberikan lampu hijau.
’’Kira-kira dua minggu lalu, kami bertemu bersama-sama,’’ ujar Sofyan saat menghadiri The 4th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) di Jakarta Convention Center kemarin (10/8).
Dalam pertemuan itu, sudah ada instruksi dari Menteri BUMN Rini Soemarno untuk merealisasikan wacana akuisisi. Opsi akuisisi terhadap PGE diambil karena pemerintah menargetkan pembangkit listrik tujuh ribu mw dari panas bumi pada 2025.
PLN sejak berdiri hingga kini baru memiliki pembangkit berkapasitas 1.600 mw. Pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) tidak masuk opsi lantaran kebutuhan PLN mendesak.
Akuisisi bisa memotong lamanya pembangunan pembangkit. Selain itu, kekuatan eksplorasi PGE lebih besar karena ditopang kekuatan PLN dan Pertamina. Nanti PLN dan Pertamina berbagi porsi saham masing-masing 50 persen.
Bersamaan dengan proses akuisisi PGE, PLN menyiapkan perusahaan geotermal sendiri. Jadi, nanti saham PGE yang diambil separo ditempatkan di bawah anak perusahaan PLN. ’’Nanti namanya apa lah. Pertamina masih berhak karena mereka yang punya, lantas dipotong sebagian untuk PLN,’’ tuturnya.
Sofyan memastikan akuisisi mampu membuat harga listrik dari pembangkit panas bumi lebih murah. Sebab, PLN tidak lagi menghasilkan listrik dari tangan kedua. Selama ini Pertamina yang menggali dan memproduksi uap.
Lantas, PLN membeli uap ditambah laba untuk PGE. ’’Sudah laba, baru dijual ke kami. Nanti pola itu tidak terjadi lagi,’’ jelasnya.
Soal sumber pendanaan yang dikumpulkan PLN, Sofyan menyebut banyak cara. PLN punya kesempatan besar untuk melakukan pinjaman. Selain itu, ada opsi untuk menerbitkan obligasi.
Bukan hanya PGE, PLN juga tertarik meminang Chevron Geothermal. Namun, Sofyan belum bersedia menyampaikan detail pembicaraan kedua perusahaan.
Yang jelas, kalau Chevron Geothermal dapat diakuisisi, sahamnya akan dikoleksi anak perusahaan PLN. ’’Kami minat dan sudah dapat izin dari Ibu Menteri (Rini Soemarno, Red),’’ terangnya.
Dirut Pertamina Dwi Soetjipto mengakui, sudah ada pembicaraan awal dan saat ini dilakukan uji tuntas (due diligence) untuk memastikan akuisisi sebagai proses bisnis yang tepat.
Pertamina tidak mempermasalahkan lepasnya sebagian saham PGE asal perusahaan bisa berkembang. ’’Saat ini PGE baru punya 450 mw. Dalam tiga sampai empat tahun lagi ditargetkan bisa lebih dari 1.000 mw,’’ papar Dwi.
Dia juga belum mau membuka nilai investasi yang diperlukan PLN untuk mengakuisisi PGE. Yang pasti, Pertamina terbuka untuk berbagi porsi kepemilikan saham PGE dengan PLN.
Eksplorasi | Aditya
Saya khawatir apabila PLN mengakuisisi Pge dan (mungkin) Chevron, itu akan memperlambat akselerasi pengembangan geothermal di Indonesia. Harga bisa jadi turun, tapi dengan harga yang turun tsb menjadi tidak menarik bagi pengembang yang lain untuk turut berinvestasi mengembangkan energi geothermal yang pada akhirnya akan memperlambat utilisasi energi tersebut. Kalau dikembangkan sendiri?, saya tidak yakin PLN punya kemampuan finansial yang baik. Mendingan biarlah apa yang sudah berjalan. PLN fokus pada penyediaan tower transmisi.
Sangat naif dan ironis PLN yg pemain downstream kelistrikan mau akuisisi Upstream acitivity ??? Pertamina dan Chevron adalah pemain Upstream Activity yg sdh berpengalaman lebih dari 60 thn di bidang Geothermal, aneh si Rusa mau naik si Gajah. Kenyataan PLN sdh pernah mencoba melalui anak perusahaan Indo Power beserta cicit di Tangkuban Oerahu dan di Maluku juga gagal dalam kegiatan Upstream krn persoalan utama ttg pendanaan dan keahlian. Hrs konsentrasi saja mengembangkan pada IPP nya dng Batubara, Hydro Power, Solar Power, Gelombang Air laut, Wind Power dan kemungkinan Nuklir melalui AP Indo Power.